TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat, berdasarkan penggunaan barang, terjadi penurunan nilai impor barang modal dan bahan baku pada Januari 2016. "Sebaliknya, barang impor konsumsi meningkat," kata Kepala BPS Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin, 15 Februari 2016.
Ia menjelaskan, impor bahan baku senilai US$ 9,62 miliar pada Januari 2015 berubah menjadi US$ 7,5 miliar pada Januari 2016 atau turun 22,03 persen. Sedangkan jika dibandingkan dengan Desember 2015, nilai impor bahan baku turun 14,05 persen.
Begitu pula impor barang modal dari US$ 2,21 miliar turun menjadi US$ 1,79 miliar atau sebesar 18,96 persen. Jika dibandingkan Desember 2015, impor barang modal pada Januari 2016 turun 20,83 persen.
Sebaliknya, Suryamin memaparkan, impor barang konsumsi meningkat dari US$ 786,3 juta di Januari 2015 menjadi US$ 1,16 miliar di Januari 2016. Artinya, meningkat 47,68 persen. Sedangkan terhadap Desember 2015, impor Januari 2016 juga naik 5,12 persen.
Suryamin menjelaskan, jika mengacu pada pertumbuhan ekonomi 2015, sektor ekonomi manufaktur menunjukkan peningkatan 4,23 persen. "Industri mikro-kecil meningkat 5,79 persen," ujarnyaa. Adapun industri menengah-atas meningkat 4,02 persen.
Menurut dia, penurunan impor bahan baku ada hubungannya dengan industri manufaktur yang meningkat. "Kami menduga penggunaan bahan baku di dalam negeri sudah terjadi. Secara pelan-pelan penggunaan bahan baku terjadi dari dalam negeri," ucap Suryamin.
Penurunan impor barang modal, menurut Suryamin, menjadi informasi berharga bagi pemerintah. "Karena kita sedang membangun infrastruktur yang masih memerlukan barang modal."
REZKI ALVIONITASARI