TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan dicabutnya bisnis industri film dari daftar negatif investasi bisa menambah jumlah layar bioskop di Indonesia. Menurut dia, dengan kebijakan itu investor asing bisa masuk ke bisnis tersebut.
Menurut Pramono, dibukanya keran investasi bioskop karena saat ini jumlah layar bioskop di Indonesia masih sangat sedikit. "Sekarang jumlah layar bioskop di Indonesia baru 1.117 atau 196 bioskop saja. Dari 1.117 layar, hanya 13 persen yang bisa diakses," kata Pramono di Kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 11 Februari 2016.
Pramono mengatakan dari total layar bioskop tersebut, 87 persen di antaranya berada di Pulau Jawa. Lebih rinci, dari 87 persen tersebut, 35 persen layar bioskop berada di Jakarta. Kebanyakan bioskop-bioskop tersebut, dikuasai jaringan 21 Cineplex.
Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan total layar bioskop pada 1970-1980. Berdasarkan data yang dihimpun Tempo dari berbagai sumber, jumlah layar bioskop saat itu bisa mencapai 3.000-an.
Berikut kepemilikan atas 1.117 layar bioskop di Indonesia saat ini:
1. XXI (823 layar)
2. CGV Blitz (139 layar)
3. Cinemaxx (76 layar)
4. Platinum (18 layar)
5. New Star (16 layar)
6. Independen (45 layar)
ISTMAN M.P. | TIM TEMPO