TEMPO.CO, Boyolali - Meski tidak terlalu terdampak perlambatan ekonomi nasional, perusahaan berorientasi ekspor di Indonesia saat ini juga terkendala oleh ketatnya persaingan harga dengan perusahaan dari berbagai negara dalam memasarkan produknya di pasar internasional.
“Harga produk kami jadi kurang kompetitif karena pemerintah belum bergabung dalam Trade Pacific Partnership (TPP),” kata Human Resource Management General Manager PT ECO Smart Garment Indonesia (ESGI), Nurdin Setiawan, pada Selasa, 9 Februari 2016.
TPP atau Kemitraan Trans Pasific adalah sebuah blok perdagangan bebas yang beranggotakan 12 negara, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Selandia Baru, Meksiko, Cile, Peru, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Vietnam.
Adapun PT ESGI adalah perusahaan patungan antara PT Pan Brothers Tbk dengan Mitsubishi Corporation Fashion yang memproduksi pakaian jadi merek dunia seperti Adidas, The North Face, Nike, Hugo Boss, dan lain-lain.
Tiap tahun, omzet PT ESGI ditargetkan mencapai 27,5 juta potong pakaian jadi setara Polo Shirt untuk diekspor ke sejumlah negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Di Boyolali, PT ESGI memiliki empat pabrik yang beroperasi sejak Agustus 2015 dan baru mempekerjakan sekitar 9.000 karyawan (dari total kebutuhan 12.000 karyawan).
Untuk memperluas ekspansi bisnisnya, tahun ini PT ESGI akan membangun tiga pabrik lagi di Jawa Tengah yang membutuhkan sekitar 9.000 karyawan. “Dari 100 persen produk yang kami ekspor, sekitar 30 persennya untuk pasar Amerika Serikat,” kata Nurdin.
Jika pemerintah sudah bergabung dalam TPP, Nurdin berujar, perusahaan berorientasi ekspor di Indonesia bisa lebih banyak menjual produknya ke blok ekonomi TPP. Harga jual produknya pun dapat bersaing karena TPP nyaris mengapuskan tarif perdagangan antar negara di dalamnya.
Menurut Nurdin, kontribusi ekspor tekstil Indonesia (terhadap total ekspor industri nasional) baru sekitar 1,8 persen. ‘Angka itu sangat kecil jika dibandingkan dengan kontribusi ekspor tekstil Cina yang mencapai 25 persen,” ujar Nurdin.
Saat membuka Rapat Kerja Nasional APDESI di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, pada 26 Desember lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan produk dari Indonesia akan dikenai pajak 15 - 20 persen jika dijual ke negara-negara peserta TPP. “Kalau tidak bergabung, kita tidak bisa jualan apa-apa,” kata Jokowi.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Lilik Setiawan, mengubah orientasi pasar dari nasional ke internasional adalah suatu keniscayaan bagi perusahaan tekstil untuk bertahan menghadapi dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. “Ekspor musti dioptimalkan karena mayoritas bahan bakunya dari impor yang dibeli dengan dolar,” kata Lilik.
DINDA LEO LISTY