TEMPO.CO, Boyolali - Di saat sejumlah perusahaan mulai gulung tikar akibat dampak perlambatan ekonomi, PT Pan Brothers justru akan membangun tiga pabrik lagi di wilayah Jawa Tengah pada tahun ini.
"Saat ini masih dalam proses pembebasan lahan. Sementara belum bisa kami sebutkan detail lokasinya," kata staf Human Resource Management General Manager PT Eco Smart Garment Indonesia (ESGI), Nurdin Setiawan, saat dihubungi Tempo pada Senin sore, 8 Februari 2016.
Baca juga: Nyaris 30 Ribu Buruh di Jawa Barat Terancam Dipecat
PT ESGI adalah perusahaan joint venture antara PT Pan Brothers Tbk dan Mitsubishi Corporation sebagai ekspansi bisnis untuk memproduksi brand dunia, seperti Japanese Brands, Adidas, The North Face, Salomon, Nike, Under Armour, J Crew, H&M, dan Hugo Boss.
PT ESGI memiliki empat pabrik di Boyolali, yaitu dua pabrik di Desa Babadan, Kecamatan Sambi, dan dua pabrik di Desa Blumbang, Kecamatan Klego. Keempat pabrik tersebut baru diresmikan Menteri Perindustrian Saleh Husin pada 26 Agustus 2015. Total investasi untuk empat pabrik tersebut mencapai US$ 29 juta atau Rp 316,5 miliar.
Simak: Ratusan Buruh di Bekasi Diberhentikan karena Rupiah Melemah
Selain empat pabrik milik PT ESGI, PT Pan Brothers bersama dua anak perusahaannya, PT Panca Prima Eka Brothers dan PT Prima Sejati Sejahtera, memiliki satu pabrik di wilayah Kecamatan Mojosongo, Boyolali. "PT Pan Brothers juga punya satu pabrik di Kabupaten Sragen," katanya.
Nurdin mengatakan total karyawan yang dibutuhkan PT Pan Brothers untuk seluruh pabrik yang sudah beroperasi di Boyolali dan Sragen sekitar 29 ribu orang. Adapun jumlah karyawan saat ini baru sekitar 24 ribu orang. "Jadi sampai saat ini kami masih membutuhkan 5.000 karyawan lagi," tuturnya.
Adapun tiga pabrik baru yang akan dibangun pada tahun ini, ujar Nurdin, diperkirakan membutuhkan sekitar 9.000 karyawan. Dengan tambahan tiga pabrik baru itu, total investasi PT Pan Brothers mencapai sekitar US$ 60 juta. "Kami siap menampung karyawan dari sejumlah perusahaan yang sudah tutup," ucapnya.
Baca: 50 Ribu Buruh Dipecat, Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Dinilai Tak Jalan
Menurut Nurdin, PT Pan Brothers selama ini tidak terlalu terpengaruh oleh lesunya ekonomi nasional akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika karena 100 persen berorientasi ekspor. “Tujuh puluh persen bahan baku kami dari impor dan 30 persen lagi dari dalam negeri. Sedangkan 100 persen produknya diekspor,” katanya.
Dia menambahkan, sejumlah industri garmen saat ini terkapar karena mayoritas produknya dijual di pasar nasional. “Padahal bahan baku mereka juga impor,” katanya. Kolapsnya sejumlah industri garmen tersebut secara tidak langsung menguntungkan industri garmen yang sepenuhnya berorientasi ekspor karena berkurangnya pesaing.
DINDA LEO LISTY