TEMPO.CO, Makassar - Kepala Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan Nursam Salam mengatakan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan periode 2015 mencapai angka 7,15 persen. Terjadi penurunan dibanding pada periode 2014, ketika mencapai 7,58 persen.
Menurut Nursam, rendahnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sepanjang 2015 dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya kondisi dunia usaha yang tak bergairah. "Beberapa sektor usaha mengurangi produksi akibat permintaan konsumen yang menurun," katanya saat memaparkan data pertumbuhan ekonomi di kantornya, Jumat, 5 Februari 2016.
Nursam menjelaskan, pencapaian 7,15 persen ini masih menempatkan Sulawesi Selatan di peringkat kelima secara nasional. Sulawesi Selatan berada di bawah Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan Sulawesi Barat.
Meski begitu, Sulawesi Selatan mendominasi 50 persen perekonomian Sulawesi dengan kontribusi terbesar dari sektor pertanian, yang mencapai 22,99 persen. "Sulawesi Selatan masih ditopang sektor pertanian," ujarnya.
Nursam melanjutkan, pendapatan per kapita Sulawesi Selatan tumbuh 12,3 persen, yakni dari Rp 35,53 juta pada 2014 menjadi Rp 39,9 juta pada 2015. Adapun dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,31persen, disusul usaha jasa lainnya 8,99 persen serta usaha informasi dan komunikasi 7,92 persen.
Sedangkan di sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,34 persen. Kemudian pengeluaran konsumsi pemerintah 8,15 persen dan pengeluaran konsumsi rumah tangga 5,31persen.
Nursam menjelaskan, khusus triwulan keempat 2015, struktur perekonomian Sulawesi Selatan masih didominasi empat sektor usaha utama, yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 18,56 persen; industri pengolahan 15,07 persen; konstruksi 13,69 persen; serta perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor 12,98 persen.
Sumber utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, kata Nursam, adalah industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta konstruksi. Pertumbuhannya masing-masing 1,37 persen, 1,36 persen, dan 1,35 persen.
Pengamat ekonomi dari Universitas Hasanuddin, Muhammad Ali, mengemukakan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih tergolong tinggi dibanding sejumlah daerah lain. "Pertumbuhannya masih di atas 7 persen, itu tergolong baik," tuturnya.
Ali berharap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan lebih bertumpu pada ekonomi kerakyatan. "Sektor usaha, terutama usaha mikro dan kecil, harus menjadi perhatian serius.”
INDRA OY