TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Malaysia mengajak negara anggota ASEAN untuk menggunakan minyak nabati dari sawit sebagai campuran solar. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli usai bertemu Menteri Industri Pertanian dan Komoditas Malaysia Datuk Amar Douglas Unggah Embas.
Menurut Rizal, kedua negara melalui Dewan Minyak Sawit (Palm Oil Council) akan mendorong negara-negara di Asia Tenggara untuk menjalankan program mandatori biodiesel seperti yang dilakukan Indonesia dan Malaysia. Untuk tahap awal, Rizal menyarankan campuran 5 persen minyak nabati sawit sebagai campuran solar (B5). "Kita sudah ada lobi di tingkat ASEAN," kata Rizal di kantornya, Kamis 4 Februari 2016.
Tak hanya itu, kedua negara penghasil utama minyak sawit dunia ini akan menyasar pasar yang lebih luas yakni Cina dan India. "Dengan Cina dan India kami juga ada dialog," kata Rizal.
Tahun ini Indonesia menargetkan penggunaan campuran 20 persen minyak sawit sebagai campuran solarnya (B20). Sementara Malaysia masih lebih rendah dengan prosentase campuran minyak sawit 10 persen (B10).
Di kedua negara, program ini berhasil menambah serapan minyak sawit di dalam negeri di tengah rendahnya harga minyak sawit di pasar global. Saat ini, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) masih ada di kisaran US$ 600 per metrik ton. "Bertambahnya permintaan diharapkan dapat menaikkan harga," ujar Rizal.
Tak hanya itu, dalam Konferensi Perubahan Iklim di Paris pada akhir 2015 lalu, 195 negara peserta konferensi sepakat untuk mengurangi emisi karbon. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi penggunaan energi fosil. "Lebih banyak lah menggunakan biofuel," kata Rizal.
PINGIT ARIA