TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-Cina Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan tenaga-tenaga ahli dari Indonesia akan dilatih untuk mengelola proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. "Akan ada tenaga ahli dari Indonesia yang training ke Cina, sehingga teknologi itu ditempatkan secara penuh. Cina berjanji akan memberikan pelatihan," ucapnya dalam jumpa pers di The Sultan Hotel, Jakarta, Kamis, 4 Februari 2016.
Menurut Hanggoro, pelatihan akan dilakukan selama tiga-enam bulan. “Kalau perlu, setahun atau magang di sana," ujarnya. Dia menuturkan komitmen ini ditempuh untuk “mendapatkan” teknologi. Ia membantah, dalam proyek kereta cepat ini, Cina akan mendatangkan tenaga kerjanya. "Kami tidak izinkan Cina membawa buruh.”
Hanggoro menjelaskan, konstruksi proyek kereta cepat akan menggerakkan tenaga kerja lokal. Ada yang sudah siap bekerja, ada pula yang akan diberi pelatihan dulu. Ia memperkirakan jumlah pekerja yang dibutuhkan sebanyak 32 ribu orang selama masa konstruksi, 20 ribu orang pada periode konstruksi transit-oriented development (TOD), dan sekitar 28 ribu orang pada periode operasional TOD selama 35 tahun.
Menurut dia, TOD per daerah konsesinya bisa diberikan selama 30 tahun dan bisa diperpanjang. "Artinya, nanti ada peluang tenaga kerja lokal yang bisa diberdayakan," kata Hanggoro. Ia berjanji, untuk operasional selama periode konsesi, konsorsium seoptimal mungkin mengandalkan tenaga kerja lokal. "Tidak mungkin ada masinis dari Bangladesh, misalnya."
Hanggoro berujar, pekerja untuk proyek kereta cepat bisa saja direkrut dari karyawan PT Kereta Api Indonesia (KAI). "Kalau tidak siap 100 persen, kami cari yang baru," ucap Hanggoro. Peluang-peluang ini, tutur dia, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Namun dia tak menampik adanya kemungkinan tenaga kerja asing karena telah diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). "Tapi boleh dong kami lakukan introspeksi. Kalau tidak, kapan kami bisa memberdayakan orang Indonesia?" kata Hanggoro.
REZKI ALVIONITASARI