TEMPO.CO, Bandung - Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Jawa Barat pada bulan Januari 2016 lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. “Inflasinya 0,59 persen, lebih tinggi dari angka nasional 0,51 persen,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Dody Gunawan Yusuf di Bandung, Senin, 1 Februari 2016.
Dody mengatakan, andil inflasi terbesar disumbangkan kelompok bahan makanan. Kenaikan harga daging ayam menyumbang andil terbesar yakni 0,18 persen disusul telur ayam dan bawang merah. Selebihnya kenaikan tarif listrik, beras, bawang putih dan daging sapi.
Daging sapi misalnya, kenaikan harga yang dipicu pemberlakukan PPN 10 persen bagi transaksi sapi impor sempat memicu harganya naik. Harga daging sapi kemudian turun perlahan selepas kebijakan itu dicabut. “Daging sapi sempat jadi pemicu dari awal bulan sampai pertengahan,” kata dia.
Menurut Dody, penurunan harga BBM bersubsidi yakni premium dan solar yang memberi andil deflasi, menekan kenaikan inflasi. Premium memberi andil deflasi 0,14 persen dan solar 0,06 persen. “Kalu tidak ada penurunan ini, inflasi bisa melejit sampai 0,7-0,8 persen,” kata dia.
Dody mengatakan, pemerintah mesti mewaspadai kenaikan harga beras. Sepanjang Januari saja dengan kenaikan harga 1,69 persen, memberi andil inflasi hingga 0,06 persen. “Kalau harga rata-rata beras Rp 10 ribu, kenaikannya hanya Rp 160, tapi andilnya sudah cukup tinggi,” kata dia.
Menurut Dody, saat ini harga beras di penggilingan justru turun. Namun penurunan itu akibat masuknya gabah dari daerah di luar Jawa Barat yang harganya relatif lebih rendah dibandingkan harga gabah asal Jawa Barat. “Panturan terutama, penggilingan mereka mengambil gabah dari Jawa Tengah, membuat harga di penggilihan turun karena harga gabahnya lebih murah,” kata dia.
Pantauan harga bahan makanan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat di lima pasar tradisional di Kota Bandung mendapati harga daging ayam pada 1 Februari 2016 berkisar Rp 37 ribu hingga Rp 38 ribu per kilogram. Harganya turun dibandingkan sepanjang Januari lalu yang sempat menembus Rp 40 ribu per kilogram.
Sementara pada pantauan harga beras medium/IR64 di lima pasar tradisional di Kota Bandung harganya tercatat Rp 10 ribu per kilogram.Harga beras di Kota Bandung lebih tinggi dibandingkan harga beras rata-rata provinsi Rp 9.889 per kilogram.
Meski harga daging ayam mulai turun, sejumlah peternak di Cirebon mengeluhkan mahalnya harga jagung yang menjadi pakan ayam. "Sejak 4 bulan lalu peternak ayam petelur di Kabupaten Cirebon sudah menjerit,” kata Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Mitra Mandiri Kabupaten Cirebon, Engkos Kosasih, Senin 1 Februari 2016.
Saat ini, lanjut Engkos, harga jagung yang menjadi pakan ternak sudah mencapai Rp 7 ribu/kg. “Padahal sebelumnya harga pakan jagung hanya Rp 3 ribu/kg,” kata Engkos.
Lonjakan harga jagung tersebut menurut Engkos terjadi sejak adanya kebijakan pemerintah yang menghentikan impor jagung. Karenanya ketersediaan jagung saat ini hanya bergantung pada pasokan dalam negeri. “Padahal ketersediaan jagung lokal belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri,” kata Engkos.
Karenanya Nana pun menyambut baik adanya operasi pasar jagung yang dilakukan oleh Bulog. “Harganya pun cukup terjangkau,” kata Nana.
Perum Bulog Divisi Jabar mulai melakukan operasi pasar jagung di Cirebon. Wakil Kepala Divisi Bulog Jabar, Eko Hari Kuncahyo, mengungkapkan secara nasional telah dialokasi sebanyak 600 ribu ton jagung untuk operasi pasar di Indonesia. Sedangkan saat ini ketersediaannya sudah mencapai 400 ribu ton. Selain Cirebon, operasi pasar dilakukan pula di Cilegon, Surabaya dan Semarang.
AHMAD FIKRI | IVANSYAH