TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik menghitung nilai ekspor minyak bumi dan gas Riau mengalami penurunan 37,86% pada 2015 dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/y-o-y).
Kepala BPS Riau Mawardi Arsyad mengatakan nilai ekspor migas Riau mencapai US$3,5 miliar pada 2015. Sedangkan di tahun sebelumnya, nilai ekspor migas Riau mencapai US$5,6 miliar. Hal ini disebabkan produksi minyak Riau terus mengalami penurunan.
“Riau adalah salah satu daerah migas terbesar di Indonesia. Ada beberapa perusahaan besar yang berada di Riau, seperti Chevron, Pertamina dan perusahaan lain. Namun, nilai ekspor migas menurun 37,86%,” kata Mawardi, Senin (1 Februari 2016).
Menurunnya nilai ekspor migas Riau juga tidak terlepas dari melemahnya harga minyak dunia. Sejumlah negara tujuan ekspor migas Riau, seperti Tiongkok juga membatasi permintaan migas.
BPS merincikan nilai ekspor minyak mentah mengalami penurunan sebesar 35,83% dan hasil minyak sebesar 55,42%. Sementara itu, Riau tidak memiliki sumur gas. Migas Riau memiliki kontribusi sebesar 24,5% terhadap total ekspor Riau. Sedangkan kontribusi migas Riau terhadap ekspor migas nasional mencapai 18,86%.
Di periode yang sama, nilai ekspor non migas juga mengalami penurunan sebesar 16,84% secara y o y. BPS menghitung nilai ekspor non migas Riau di sepanjang 2015 hanya mencapai US$10,8 miliar. Tahun sebelumnya, nilai ekspor non migas mencapai US$13 miliar.
“Secara keseluruhan, nilai ekspor Riau pada tahun lalu berjumlah US$14 miliar, turun 23,22% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$18,7 miliar,” jelas Mawardi.