TEMPO.CO, Yogyakarta - Pelaku usaha peternakan rakyat berpandangan kenaikan harga daging ayam hampir sebulan terakhir akibat dari permainan kartel atau produsen besar yang membatasi pasokan ayam.
Ketua Umum Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta Hari Wibowo mengatakan harga daging ayam yang melambung sama sekali tidak berdampak pada peternak. Di tingkat peternak, harga pembelian pokok ayam hidup Rp 18.500 per ekor di kandang.
Dengan harga ayam di tingkat peternak sebesar itu, kata Hari, pedagang seharusnya tidak menjual ke konsumen dengan harga lebih dari Rp 30 ribu per kilogram. “Ada yang memainkan harga daging ayam. Saya menduga perusahaan-perusahaan besar,” kata Hari ketika dihubungi Tempo, Senin, 1 Februari 2016.
Hari mengatakan karut-marut penataan ternak unggas oleh pemerintah membuat kenaikan harga daging ayam menguntungkan kalangan pemodal besar. Peternak ayam sudah kerap berteriak karena merugi. Namun, hingga kini belum ada penyelesaiannya.
Hari menyebutkan, peternak ayam selama ini sering merugi karena biaya produksi tinggi. Harga pakan ternak yang bahan dasarnya jagung naik. Bibit ayam broiler juga masih mahal, yakni Rp 5.600 per ekor. Bibit ayam selama ini banyak didatangkan dari Surabaya dan Jakarta. Asosiasi Peternak Ayam Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki setidaknya 540 anggota.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian Perdagangan dan Usaha Kecil Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta Eko Witoyo mengatakan kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah pengadaan bibit ayam broiler membuat pasokan ayam berkurang.
Pembatasan bibit ayam itu dilakukan karena ada keluhan dari peternak bahwa mereka merugi karena biaya produksi yang tinggi. “Tujuan pembatasan pengadaan bibit ayam itu adalah supaya ada keseimbangan harga daging ayam,” kata Eko.
Pasokan ayam yang berkurang itulah yang menjadikan harga ayam naik. Data Dinas Perindustrian dan Usaha Kecil Menengah menunjukkan rata-rata harga daging ayam di sejumlah pasar tradisional Rp 35 ribu per kilogram.
Pada situasi umum, alur distribusi ayam pun memang panjang, mulai dari pengepul pertama, pengepul kedua, pemotong, hingga pedagang. Dari alur itulah, mereka mengambil keuntungan.
Pemerintah, menurut Eko, belum bisa melakukan operasi pasar daging ayam karena aturannya belum ada. Selama ini operasi pasar dilakukan terhadap komoditas beras. Dia berharap kelak Badan Urusan Logistik bisa mendapat tugas untuk menangani harga daging ayam yang tak stabil itu.
SHINTA MAHARANI