TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah telah menerima pesan dari pihak PT Ford Motor Indonesia jauh sebelum produsen otomotif asal Amerika Serikat ini memutuskan hengkang. "Kami terima pesan. Mereka bilang bisnis di Indonesia dan di Jepang kurang menguntungkan," kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan di kantornya, Jakarta, Selasa, 26 Januari 2016.
Berdasarkan pesan itu, ucap Putu, rencana penutupan semua kegiatan FMI, dari lini penjualan sampai semua aktivitas diler, yang dilakukan hingga menjelang akhir 2016 tersebut murni karena persaingan usaha. "Biasalah, global market,” ujarnya. “Ford tidak bisa ngomong apa-apa. Ini keputusan pemegang saham.”
Ford Motor sebelumnya memutuskan meninggalkan pasar Indonesia dan Jepang tahun ini. Mengutip Reuters, pabrikan mobil asal Amerika Serikat tersebut kesulitan mengatasi ketatnya persaingan industri otomotif. Manajemen Ford menyatakan sudah berupaya merebut pangsa pasar, tapi kenyataannya sulit meraih laba.
Ford Motor akan menutup semua bidang bisnis, termasuk diler, serta menghentikan penjualan dan impor Ford serta Lincoln di Indonesia dan Jepang. Presiden Ford Asia-Pasifik Dave Schoch menuturkan lini pengembangan produk di Jepang akan digeser ke tempat lain.
“Ini artinya anggota tim kami yang berbasis di Jepang dan Indonesia tidak akan lagi bekerja untuk Ford Jepang atau Ford Indonesia,” kata Schoch, Senin kemarin.
Di Indonesia, Ford masuk pada 2002. Dengan 35 karyawan dan 44 diler, tahun lalu Ford sukses menjual sekitar 6.000 unit kendaraan. Di tengah perlambatan ekonomi, Ford hanya sanggup menguasai 0,6 persen total pasar mobil baru. Ford menyebutkan, tanpa didukung manufaktur lokal, sulit bersaing dengan kompetitor.
Situasi yang lebih berat dihadapi Ford di pasar Jepang. Varian Fiesta, Mustang, dan Explorer kalah bersaing dengan Toyota, Honda, Nissan, dan merek domestik lain. Di Jepang, pabrikan asal Detroit itu mempunyai 52 diler dan mempekerjakan 292 karyawan. Masuk sejak 1974, Ford berhasil menjual 5.000 unit kendaraan di Jepang pada 2015 dan menikmati 1,5 persen pangsa pasar mobil impor.
FRISKI RIANA