TEMPO.CO, Jakarta - Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, mengatakan, pada perdagangan awal pekan terakhir Januari 2016, indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang menguat menyusul rendahnya risiko pasar global dan kawasan.
Menurut David, IHSG diperkirakan bergerak di teritori positif di posisi 4.430-4.500. "Rebound harga minyak akan berdampak positif pada pergerakan saham-saham sektoral berbasiskan komoditas yang sudah tertekan dalam harganya," kata David dalam siaran tertulisnya pada Senin, 25 Januari 2016.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG berhasil tutup di teritori positif, menguat 42,618 poin atau 0,96 persen di 4.456,744. David berujar, rendahnya risiko pasar kawasan dan global turut berimbas pada perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks The MSCI Emerging Market di pasar Asia menguat 3 persen. Penguatan terutama ditopang saham-saham sektor energi setelah harga minyak mentah akhir pekan lalu berhasil rebound di atas US$ 30 per barel di pasar Asia. Selain itu, pasar merespons positif pernyataan Presiden ECB Mario Draghi yang menjanjikan langkah stimulus lanjutan pada pertemuan ECB, Maret mendatang.
Namun, dilihat sepekan terakhir, IHSG masih terkoreksi 1,5 persen, menandai koreksi selama tiga pekan berturut-turut pada Januari 2016. Minat bertransaksi cenderung menurun, tercermin dari rata-rata harian volume transaksi di pasar reguler pekan lalu yang hanya mencapai 2,45 miliar saham dibanding pekan sebelumnya sebesar 2,60 miliar saham.
Tekanan jual terutama dipicu masih derasnya arus dana asing yang keluar dari pasar seiring meningkatnya risiko pasar global dan kawasan. Hal ini tercermin dari penjualan bersih pekan kemarin yang mencapai Rp 1,41 triliun. Sejak awal tahun ini, nilai penjualan bersih asing mencapai Rp 3,9 triliun.
Sentimen negatif yang menekan pasar sepekan kemarin terutama dipicu faktor eksternal terkait dengan meningkatnya kekhawatiran pemburukan ekonomi Cina dan anjloknya harga minyak mentah. Namun, pada akhir pekan lalu, pasar global dan kawasan berhasil rebound seiring dengan rebound harga minyak mentah serta harapan stimulus lanjutan di kawasan Euro dan Asia.
Harga minyak mentah akhir pekan lalu yang rebound hingga 9 persen di US$ 32,2 per barel dipicu short covering pelaku pasar. Lonjakan harga minyak mentah mengangkat indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing 1,33 persen dan 2 persen serta ditutup di posisi 1.6093,51 dan 1.906,90. Selama sepekan, indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,66 persen dan 1,42 persen.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI