TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan harga minyak dunia masih akan tertekan pada 2016. Harga minyak yang rendah ini dipengaruhi oleh jumlah pasokan yang masih melimpah.
Menurut Fabby, pada tahun ini, pasokan minyak kemungkinan akan mengalami surplus sebesar 1,5 juta hingga 2 juta barel per hari. Dengan berakhirnya embargo Iran, diperkirakan negara tersebut mampu menyumbangkan pasokan 400 ribu barel hingga 600 ribu barel per hari.
Selain itu, Shell Oil Amerika masih berproduksi. Harga minyak Shell lebih murah. Dulu diperkirakan US$ 60 per barel, sedangkan harga Shell terbaru di bawah US$ 40 dolar per barel. "Ini yang membuat harga minyak akan terus tertekan," kata Fabby di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2016.
Baca: Harga Minyak Dunia Turun, Ini Akibatnya pada Perekonomian RI
Harga minyak dunia tahun ini diperkirakan akan berkisar mulai US$ 25 per barel hingga US$ 60 dolar per barel. Namun IMF memperkirakan harga minyak bisa berada di bawah US$ 20 per barel.
Saat ini harga minyak acuan WTI sekitar US$ 29,87 per barel, untuk Brent US$ 29,25 per barel. Nilai ini diperkirakan merupakan yang terendah dalam 12 tahun terakhir. Rata-rata bulanan untuk WTI, Dubai, dan Brent pada bulan Desember sekitar US$ 36,6. Kalangan analis memperkirakan harga minyak akan kembali naik tahun depan dengan harga sekitar US$ 50 per barel.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI