TEMPO.CO, Yogyakarta - El Nino atau cuaca ekstrem panas diperkirakan menurunkan populasi hewan ternak di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2016. Kemarau panjang membuat pakan ternak berupa rerumputan berkurang.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian DIY, Sutarno, memprediksi penurunan populasi hewan ternak akibat kemarau panjang mencapai 3-5 persen. Angka itu dihitung misalnya dari 100 kelahiran sapi. Idealnya, satu ekor sapi melahirkan setiap satu tahun. Kemarau panjang akan membuat pasokan pakan ternak atau hijauan berkurang. Dampaknya, jangka waktu kelahiran sapi mundur dari setiap 1 tahun menjadi 18 bulan atau 2 tahun.
Menurut Sutarno, setiap musim kemarau, peternak akan mendatangkan pakan ternak dari luar DIY karena tidak mencukupi. Hijauan atau rerumputan itu mereka datangkan dari Magelang, Purworejo, dan Klaten. Musim kemarau biasanya terjadi pada April-Mei. Harga pakan ternak akan mahal.
“Lahan untuk pakan ternak semakin sempit sehingga Yogyakarta harus mendatangkan hijauan dari luar daerah,” kata Sutarno di Dinas Pertanian DIY, Kamis, 21 Januari 2016.
Di DIY, alih fungsi lahan rata-rata setiap tahun berkurang 250 hektare. Lahan-lahan untuk pakan ternak bersaing dengan lahan untuk tanaman pangan dan berbagai bangunan. Untuk itu, Sutarno mengimbau peternak memanfaatkan lahan-lahan yang kurang produktif, misalnya di sekitar Sungai Progo atau Sungai Oyo di Kabupaten Gunungkidul.
Selain itu, peternak bisa menyimpan jerami sebagai cadangan pakan ketika musim kemarau tiba.
Populasi hewan ternak di daerah ini pada 2015 terdiri atas 322.775 ekor sapi, 411.209 ekor kambing, 176.005 ekor domba, dan 1.028 ekor kerbau.
El Nino merupakan fenomena alam yang ditandai dengan pemanasan tidak normal suhu permukaan laut di Samudera Pasifik. Ini memicu cuaca ekstrem di seluruh dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebut, El Nino rata-rata berlangsung 2-7 tahun dan bisa juga 18 bulan. Pertanian merupakan satu di antara sektor utama perekonomian yang dipengaruhi El Nino. Kekeringan menjadi ancaman utama untuk produksi pangan. Hewan ternak juga rentan terserang penyakit akibat cuaca ekstrem.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY Arofa Nur Indriani mengatakan El Nino berpotensi mengganggu pasar pangan. Bila produksi komoditas pangan berkurang, akan berdampak pada harga pangan. Kecenderungannya, harga pangan naik. “Pemerintah daerah telah berjaga untuk mengantisipasi dampak El Nino,” kata Arofa.
SHINTA MAHARANI