TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah pada awal perdagangan Kamis stabil setelah pernah menyentuh level terendah sejak tahun 2003. Namun analis menyebutkan bahwa perkembangan pasar global akan terus menekan pasar.
Dilansir dari Reuters, untuk pertama kalinya sejak 2003, harga minyak jatuh di bawah US$ 27 per barel. Harga minyak terjebak dalam kemerosotan yang menyeluruh di semua pasar keuangan dunia. Sebab, pelaku pasar khawatir kelebihan pasokan minyak mentah yang besar akan bertepatan dengan perlambatan ekonomi, terutama di Cina.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) berjangka C1c1 pada posisi US$ 28,66 per barel pada pukul 01.55 GMT naik tipis 31 sen dari penutupan sebelumnya. Begitu pula dengan harga minyak acuan Brent LCoc1 yang naik 37 sen menjadi US$ 28,25 per barel.
Namun sentimen pasar secara keseluruhan tetap lemah (bearish). Sejalan dengan itu, produsen di seluruh dunia memompa 1-2 juta barel minyak mentah setiap hari melebihi permintaan. Pada saat yang sama, berkembang kekhawatiran akan perlambatan ekonomi Cina lebih lanjut yang bisa memukul permintaan.
"Harga komoditas dan minyak yang rendah menggambarkan melemahnya permintaan," demikian pernyataan HSBC seperti dilansir Reuters pada Kamis, 21 Januari 2016.
Anz Bank menyatakan kemungkinan besar harga akan lebih tertekan sesudah Pusat Penyimpanan Data Administrasi Informasi Energi di Amerika Serikat menyampaikan rilisnya.
REUTERS.COM