TEMPO.CO, Makassar - Angka inflasi Sulawese Selatan selama 2015 hanya 4,48 persen, menurun dibandingkan periode 2014, yang saat itu mencapai 8,61 persen. “Angka inflasi bisa ditekan karena kerja keras Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID),” kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan, M. Dadi Aryadi, usai bertemu Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu'mang, Rabu, 20 Januari 2016.
Menurut Dadi, menurunnya angka inflasi karena lima daerah yang menjadi zona penilaian juga inflasinya menurun, yakni Bone, Bulukumba, Parepare, dan Makassar. Bone, misalnya mengalami penurunan yang sangat signifikan dari 9 persen pada 2014 menjadi 0,097 persen untuk periode 2015. Sedangkan Makassar masih tergolong tinggi, karena 5 persen pada 2015 dan 8 persen pada 2014.
Dadi menjelaskan, sejumlah komiditi yang sebelumnya menjadi pemincu tingginya angka inflasi bisa dikendalikan. Di antaranya beberapa bahan makanan, seperti beras dan ikan bandeng. Dengan keberhasilan TPID, angka inflasi Sulawesi Selatan bisa dikategorikan masuk dalam jangkar nasional dengan angka inflasi pada kisaran 3,5 persen.
Dadi menjelaskan, sejumlah langkah disiapkan agar inflasi Sulawesi Selatan tetap stabil. Antara lain membuat managemen stok, seperti beras dan bahan makanan lainnya. Selain itu dilakukan pemetaan neraca perdagangan. “Yang tidak kalah pentingnya adalah kerjasama antara daerah yang surplus bahan makanan, seperti beras, dengan daerah yang defisit,” ujarnya.
Dadi menambahkan, inflasi yang rendah diikuti pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang mencapai 7,43 persen. Itu menandakan semakin membaiknya daya beli masyarakat. Namun, harus tetap memperhatikan sejumlah faktor yang bisa memicu angka inflasi kembali meningkat. Di antaranya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta cuaca yang buruk yang dapat mengganggu produksi beras.
Ihwal perkiraan angka inflasi periode 2016, Dadi mengatakan seharusnya besok dibahas bersama semua pemangku kepentingan. Namun, harus diundur karena sejumlah sebab.
Sementara itu, Agus Arifin Nu'mang mengatakan menurunnya angka inflasi dipengaruhi tingginya perputaran uang di kalangan masyarakat yang mencapai Rp 350 triliun. Itu sekaligus sebagai penanda membaiknya perekonomian Sulawesi Selatan. “Kalau kondisinya terus seperti ini, saya memperkirakan pendapatan per kapita bisa Rp 40 juta,” ucapnya.
IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI