TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada November 2015 tumbuh 3,2 persen year on year. Hingga November, ULN Indonesia tercatat US$ 304,6 miliar.
Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Oktober 2015 sebesar 2,5 persen. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan peningkatan utang ini disebabkan oleh impor yang meningkat.
“Ini bukti adanya peningkatan ekonomi di Indonesia,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin malam, 18 Januari 2016. Meningkatnya impor, kata dia, juga terbukti dari neraca perdagangan November dan Desember yang mengalami defisit.
Utang luar negeri jangka pendek terhadap cadangan devisa tercatat mencapai 55,28 persen. Artinya, jumlah utang jangka pendek sudah separuh jumlah cadangan devisa. Jumlah ini, kata Agus, tak perlu dikhawatirkan. Soalnya, utang jangka pendek masih terpilah menjadi beberapa bagian.
“Ada yang terkait afiliasi dan tak perlu dikhawatirkan, bisa di-roll over (diperpanjang),” katanya.
Utang jangka panjang masih mendominasi utang luar negeri, yakni 86,6 persen dari total. Utang luar negeri jangka panjang tumbuh 6,1 persen year on year, lebih tinggi dari Oktober year on year 5,5 persen. Utang jangka pendek menurun 12,5 persen.
Utang pemerintah dan swasta sama-sama tumbuh lebih tinggi dari bulan sebelumnya secara year on year. Pertumbuhannya masing-masing, 3,4 persen dan 2,9 persen.
TRI ARTINING PUTRI