TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyoroti perkembangan pompa bensin yang dimiliki PT Pertamina dari era 1980-an hingga sekarang. Menurut dia, dulu pompa bensin yang dikelola kumuh. Tapi sekarang sudah jauh lebih baik karena munculnya pesaing dari Shell, Total, dan Petronas.
"Pompa-pompa bensin Pertamina tahun 1980-an kumuh-kumuh. Tapi, begitu diberi pesaing dari Petronas, Shell, dan Total—Petronas lebih baik, Shell lebih baik, Total lebih baik, meski sudah tutup—pompa-pompa bensin kita menjadi lebih baik," kata Jokowi saat bertemu dengan pelaku industri jasa keuangan di Istana Negara, Jumat, 15 Januari 2016.
Jokowi mengatakan, karena pompa bensin yang dikelola asing itu lebih baik, mau tidak mau Pertamina melakukan pembenahan secara menyeluruh. "Tidak akan didatangi kalau performanya masih kumuh," ujarnya.
Jokowi mengatakan tipikal badan usaha milik negara di Indonesia memang baru bisa bangkit setelah muncul pesaing. Maka, ia menyeru seluruh BUMN dan pelaku industri jasa keuangan tidak takut menghadapi pesaing dari negara asing. Untuk memicu persaingan, Jokowi mengatakan akan membuka Daftar Negatif Investasi dalam waktu dekat. "Ini yang dulu kami pakai untuk memproteksi. Tapi jangan sampai ini menghantam, menghancurkan UMKM kita," katanya.
Persaingan, kata dia, tidak hanya terjadi di sektor migas. Presiden mengatakan BUMN di industri penerbangan Tanah Air juga sudah membuktikan bisa maju setelah muncul pesaing dari swasta. Ia mencontohkan PT Garuda Indonesia yang, pada 1970, tidak memiliki pesaing dan malah terus-menerus merugi. "Monopoli kok rugi terus? Begitu dibuka, sekarang ada 60-70 maskapai, apa yang terjadi? Semua kabupaten punya bandara perintis," ucapnya.
Presiden mengatakan, setelah monopoli dibuka, kinerja Garuda malah jauh membaik. Rakyat pun diuntungkan oleh layanan yang makin beragam serta akses yang meluas. "Itu bukan liberalisasi, ini keterbukaan. Pilihan yang memang harus dihitung," tuturnya.
ANANDA TERESIA