TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik merilis nilai ekspor Indonesia pada Desember 2015 yang mencapai US$ 11,89 miliar atau meningkat 6,98 persen dibanding bulan sebelumnya. Namun Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan, dibanding Desember 2014, nilai tersebut turun 17,66 persen.
“Terjadi pada hasil industri. Sebenarnya permintaan masih tinggi untuk beberapa komoditas ekspor kita, tapi memang kemarin harga semua komoditas sempat turun,” kata Suryamin di kantor BPS, Jakarta, Jumat, 15 Januari 2016.
Ia berujar, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari-Desember 2015 mencapai US$150,25 miliar atau menurun dibanding periode 2014. Penurunan itu karena ekspor nonmigas turun 9,77 persen atau mencapai US$131,7 miliar. “Penurunan terjadi di semua sektor minyak dan gas yang pada bulan kemarin terus turun,” ucap Suryamin.
Pada Desember 2015, juga terjadi kenaikan ekspor nonmigas. Saat itu ekspor nonmigas mencapai US$ 10,59 miliar, meningkat 14,62 persen. “Sudah terjadi peningkatan volume, tapi harga komoditas turun sepanjang tahun kemarin, sehingga nilainya pun menurun,” tuturnya.
Volume ekspor atau permintaan dari beberapa negara meningkat. Pada Desember lalu, bijih, kerak, dan abu logam tercacat mengalami peningkatan sebesar US$378,8 juta. “Permintaan komoditas masih cukup tinggi, tapi memang harganya yang sedang merosot,” katanya.
Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari-Desember 2015 turun 9,11 persen dibanding periode 2014. Begitu pula ekspor hasil tambang yang turun 14,99 persen dan hasil pertanian 2,45 persen. “Daerah pemasok ekspor terbesar cenderung tidak mengalami perubahan,” ujarnya.
ARKHELAUS WISNU