TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan ekspor ikan pada tahun ini sebesar US$ 6,8 miliar. Target ini meningkat dibanding tahun lalu US$ 5,8 miliar.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Nilanto Perbowo mengatakan Kementerian saat ini gencar melakukan promosi ke berbagai negara. “Negara yang menjadi tujuan ekspor selain Amerika yaitu Afrika, Timur Tengah, dan Rusia,” ujarnya di kantornya, Jumat, 15 Januari 2016
Nilanto menjelaskan untuk menggenjot ekspor, Kementerian Kelautan mendorong masuknya produk perikanan ke berbagai negara. Pemerintah, telah mengajukan izin ke Rusia untuk membuka lebih luas kesempatan ekspor produk perikanan Indonesia. "Ada 11 eksportir yang sedang kami dorong untuk bisa masuk ke pasar Rusia. Semoga pemerintah Rusia bisa merealisasikan keinginan kami."
Selain berusaha masuk ke pasar yang lebih luas, ujar Nilanto, pemerintah juga mendorong kemudahan bagi pengusaha yang mau eskpor. Untuk itu Kementerian Kelautan telah mendirikan pelayanan terpadu satu pintu guna memudahkan eksportir mengurus perizinan.
Nilanto tak menampik eskpor tahun lalu mengalami penurunan. Dari data Kementerian Kelautan, realisasi ekspor ikan tahun lalu hanya menyentuh angka U$ 4 miliar dari target U$ 5,8 miliar. Meski begitu, Nilanto optimistis target 2016 bakal tercapai lantaran kondisi laut telah kondusif. "Memang ada penurunan, Namun kami ada peningkatan di tuna," ujarnya.
Baca Juga:
Data UN Comtrade, ekspor tuna, tongkol, cakalang, ke Amerika mengalami peningkatan sebesar 31,5 persen dari periode Januari hingga September tahun 2014 yaitu US$96,9 juta menjadi US$ 127,4 juta. Nilanto menilai kenaikan ekspor ke Amerika merupakan efek dari pemberantasan illegal fishing. Selama ini Cina, Thailand, dan Filiphina menjadi negara tujuan impor ikan oleh Amerika. “Ketiga negara itu kan sekarang sedang kekurang pasokan ikan akibat pemberantasan illegal fishing, Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk mengisi kekosongan tersebut,”ujarnya
DEVY ERNIS