TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Nasional Aliansi untuk Desa Sejahtera Tejo Wahyu Jatmiko menilai pemerintah kurang memperhatikan kesejahteraan petani. Padahal, kesejahteraan petani merupakan salah satu indikator dalam kedaulatan pangan yang dicanangkan pemerintah.
Hal ini dapat dilihat dari laju kehilangan petani yang cukup tinggi. "Laju kehilangan petani mencapai 500 ribu per tahun pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata Tejo di Jakarta, Rabu, 30 Desember 2015.
Selain itu, usia petani rata-rata berada di atas 52 tahun. Apabila diperinci, umur petani yang lebih dari 34 tahun sebanyak 87,15 persen. Sedangkan untuk usia petani di bawah 34 tahun hanya 12,85 persen. Hal ini menunjukkan kurangnya minat generasi muda dalam bertani.
Dalam nawa cita Presiden Joko Widodo, sebenarnya juga telah diungkapkan komitmen pemerintah meningkatkan kedaulatan pangan. Salah satu indikator di dalam kedaulatan pangan yang harus dicapai adalah kesejahteraan petani. Hal ini tertuang dalam agenda strategis petani tentang kedaulatan pangan berbasis agrobisnis kerakyatan.
Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia Dwi Andreas Santosa mengatakan kedaulatan pangan harus bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani. Kedaulatan pangan juga berbeda dengan swasembada pangan. "Untuk swasembada asalkan produksi mencukupi maka sudah bisa disebut swasembada," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, 570 ribu petani jatuh ke dalam garis batas kemiskinan. Ketidakberpihakan pemerintah kepada petani dapat dilihat nilai tukar petani yang jatuh. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani dan dinyatakan dalam persentase. Menurut Dwi, NTP petani turun sejak bulan Maret 2015.
NTP turun drastis di tahun ini. NTP untuk perkebunan di tahun 2014, misalnya, bernilai 102. Nilai NTP yang lebih dari 100 menunjukkan petani mengalami surplus. Sedangkan untuk tahun ini NTP perkebunan lebih-kurang hanya 97. Nilai ini menunjukkan defisit bagi petani. Salah satu penyebabnya harga komoditas perkebunan, seperti karet dan sawit, yang terus turun di pasar internasional.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI