TEMPO.CO, Bandung - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Edi Sukmoro mengatakan, perusahaanya berencana menambah jumlah kereta dengan rangkaian panjang menyusul Kereta Kertajaya. “Kami masih menguji coba dan kalau ini semua, baik sarana dan prasarana lengkap, maka ada beberapa rangkaian kereta yang mungkin diperpanjang,” kata dia di Bandung, Rabu, 30 Desember 2015.
Edi mengatakan, PT Kereta Api belum lama mengoperasikan satu kereta panjang yang dinamainya Keranjang, akronim Kereta Api Kertajaya Rangkaian Panjang. Satu kereta penumpang yang biasanya menarik 7 gerbong penumpang, tapi dalam rangkaian panjang bisa menarik 14 gerbong penumpang sekaligugs. “Sekali jalan bisa membawa 1.500 penumpang,” kata dia.
Menurut Edi, kemampuan lokomotif kereta yang ada saat ini masih bisa menarik gerbong penumpang maksimal 20 gerbong, saat ini mayoritas dioperasikan menarik tujuh gerbong penumpang. “Bayangkan satu rangkaian kereta penumpang 1.500 orang, saya cek di Stasiun Tawang turun 900 orang, kruyukan banyak banget,” kata dia.
Edi mengatakan, ada sejumlah keuntungan dengan mempergunakan kereta rangkaian panjang. Mulai dari berkurangnya kru yang mengoperasikan satu kereta, hingga pengurangan frekwensi persilangan antar kereta. “Ini memang masih uji coba, tapi gambaran kami ini sukes,” kata dia.
Kendati demikian, pengoperasian kereta panjang saat ini baru bisa dilakukan di jalur utara karena sarana dan prasarana kereta memungkinkan. Edi mencontohkan, kereta itu membutuhkan peron sepanjang minimal 14 gerbong. Sejumlah stasiun perhentian di jalur utara misalnya akhirnya menggunakan tangga bancit untuk naik turunnya penumpang di gerbong kereta yang tidak terjangkau peron. “Ini sedang kita benahi,” kata dia.
Edi mengatakan, di jalur selatan umumnya memiliki peron yang pendek. Selain itu, belum semua rute di kereta di jalur selatan memiliki double-track, berbeda dengan di utara yang sudah tuntas. “Kalau selatan semuanya sudah doubel-track, maka rangkaian panjang ini akan di coba,” kata dia.
Rute kereta di jalur selatan juga berbeda dengan utara yang relatif rata. Sejumlah ruas di jalur selatan, terutama di Jawa Barat, gradien kemiringannya memaksa PT Kereta Api harus mengoperasikan lokomotif ganda untuk menarik kereta dengan rangkaian panjang.
Menurut Edi, pengembangan kereta rangkaian panjang juga akan juga akan ditujukan pada kereta barang. “Ke depannya harus diimbangi dengan angkutan barang untuk menolong beban di jalan raya,” kata dia.
Sejak pertengahan tahun ini misalnya, PT Kereta Api mengoperasikan kereta barang dengan rangkaian panjang hingga 30 gerbong. “Itu tujuh kali perjalanan dari Tanjung Perak (Surabaya) ke Jakarta, itu 30 gerbong,” kata Edi. “Kalau ini bisa kita tingkatkan, angkutan barang ini sesuai arahan Presiden, maka cost-logistic diharapkan menurun.”
Menurut Edi, kereta tahun depan ada sejumlah pelabuhan yang dipersiapkan untuk ditembusi kereta api. Pada Februari 2016 misalnya, kereta angkutan barang bisa menembus wilayah pelabuhan Tanjung Priok. “Meskipun masih terbatas, tapi akan mengurangi beban dari ‘traffic’ di Tanjung Priok,” kata dia.
Menyusul Tanjung Priok, sejumlah pelabuhan tengah disiapkan untuk ditembus juga oleh kereta angkutan barang. Di Jawa misalnya Peabuhan Tanjung Mas Semarang, serta Pelabuhan Cirebon. “Setelah Tanung Priok itu Tanjung Mas,” kata Edi.
Edi mengatakan, penambahan rangkaian panjang kereta barang saat ini terkendala kemampuan rel kereta. “Belum bisa seperti di Sumatera bisa menarik 60 gerbong, karena fasilitas, sarana, dan prasaran harus diperkuat dulu supaya bisa terangkut seperti itu,” kata dia.
AHMAD FIKRI