TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla geram lantaran banyak pihak yang menyudutkannya dalam kasus Freeport. Keluarga Kalla, yakni adik iparnya, Aksa Mahmud; dan keponakannya, Erwin Aksa, dituding bertemu dengan bos Freeport, Jim Bob atau James R. Moffet, dan mendapat saham 40 persen dalam rencana pembangunan smelter di Mamberamo, Papua.
"Saya tidak tahu. Pokoknya begini saja deh, kalau memang benar ada proyek smelter dibangun oleh Aksa, ambil saja keuntunganya," kata Kalla, di kantornya, Senin, 28 Desember 2015. "Tapi kalau tidak, yang mempermasalahkan itu musti bayar jumlah yang sama. Hati-hati." (Baca: Kaleidoskop 2015: Gonjang-ganjing Drama Setya Novanto)
Kalla mengatakan pertemuan antara kerabatnya dan bos Freeport itu tidak terkait dengan pembangunan smelter. Dia geram lantaran saat ini banyak pihak yang menuding tanpa disertai fakta dan data yang jelas. Sebelumnya, Kalla pernah mengatakan pertemuan antara Aksa dan Jim Bob hanya membahas soal bisnis semen, bukan smelter.
Dia juga menilai kerja sama yang dilakukan kerabatnya dan bos Freeport itu sebagai bentuk bahwa pengusaha Indonesia bisa bersaing dengan pengusaha asing. Artinya, Jim Bob memperhitungkan kualitas perusahaan asal Indonesia, yang dikelola Aksa, untuk bergabung bisnis tanpa ada unsur politis. (Lihat Video Simpang Siur Soal Perpanjangan Kontrak Freeport)
"Kalau urusan dagang, ya dagang. Daripada orang Cina yang jadi kontraktor," kata Kalla. "Pengusaha nasional atau pribumi kerja di daerah cari proyek yang bagus, apa salahnya? Jangan anti dengan pengusaha."
Sebelumnya, dalam sebuah artikel di situs berita nasional, kerabat Kalla, Aksa Mahmud, disebut menerima saham 40 persen sebagai fee dalam rencana pembangunan smelter oleh PT Freeport Indonesia di Mamberamo, Papua. Dalam artikel itu juga menyebut kubu Kalla menerima imbalan atas rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
REZA ADITYA