TEMPO.CO, Boyolali - Presiden Joko Widodo mengingatkan para anggota Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) ihwal kesiapan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
“Lima hari lagi kita sudah masuk tahun 2016. Artinya, akan ada persaingan 11 negara ASEAN yang kita tidak tahu persaingannya seberat apa,” kata Jokowi dalam pidatonya saat membuka Rapat Kerja Nasional APDESI di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, pada Sabtu, 26 Desember 2015.
Menurut Jokowi, hingga menjelang diberlakukannya MEA, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari ihwal ketatnya persaingan dalam sistem perdagangan bebas tersebut. Sebab, dalam integrasi ekonomi ASEAN tersebut. “Batas-batas negara sudah tidak ada,” kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, sejumlah presiden dan perdana menteri dari ASEAN mengaku khawatir jika negara mereka bakal dibanjiri produk-produk dan tenaga kerja dari Indonesia. Tapi di sisi lain, sebagian masyarakat dan kalangan pengusaha di Indonesia juga takut dengan dibukanya MEA.
“Saya ingatkan, mereka saja takut pada kita, kok kita ikut-ikutan takut. Jangan takut dan khawatir, tapi harus mempersiapkan diri. Apa yang kurang diperbaiki. Kalau tidak, kita tidak tahu kejadiannya seperti apa,” kata Jokowi.
Jokowi berujar, Indonesia tidak bisa mundur dari keikutsertaan MEA lantaran sudah menandatangani kesepakatan pada tahun lalu. “Ini baru MEA. Dua tiga tahun lagi akan ada Trans Pasific Partnership (TPP), digabung dengan negara-negara Amerika dan teman-temannya,” ujar Jokowi.
Jika tidak bergabung dalam TPP, kata Jokowi, produk-produk dari Indonesia yang dijual ke negara-negara peserta TPP akan dikenai pajak tinggi berkisar 15 - 20 persen. “Kalau tidak gabung, kita tidak bisa jualan apa-apa. Ini saya hanya memberi bayangan-bayangan ke depan seperti apa,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, Indonesia musti bergabung dengan bermacam bentuk integrasi ekonomi dunia. Sebab, Indonesia sudah sejak lama menjadi negara terbuka. “Kita tidak mungkin jadi negara tertutup. Maka itu kita harus siap. Ini tantangan sekaligus peluang,” kata Jokowi.
Jokowi menambahkan, ketatnya persaingan antarnegara di masa depan musti diberitahukan sampai ke tingkat desa karena imbasnya akan dirasakan seluruh lapisan masyarakat. Menurut dia, kunci agar Indonesia mampu bersaing dalam perdagangan bebas ada di tangan kepala desa dan perangkat desa.
Sebab, para kepala desa dan perangkat desa bisa langsung memberikan motivasi dan bimbingan kepada masyarakat, terutama petani, agar mengubah pola-pola lama. “Kalau tidak, begitu kita dibanjiri produk-produk dari luar, kita mau apa,” kata Jokowi.
DINDA LEO LISTY