TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan rasio utang jangka pendek Indonesia tergolong besar jika dibandingkan dengan negara berkembang lain. Rasio total utang terhadap produk domestik bruto negara berkembang lain memang lebih besar daripada Indonesia. “Tapi rasio utang jangka pendek mereka kecil-kecil,” kata David, Ahad, 20 Desember 2015.
Rasio utang jangka pendek Indonesia sudah masuk tahap harus diwaspadai. Ia mengatakan, dalam kondisi normal, rasio tersebut memang aman-aman saja. Namun rasio tersebut sangat rentan jika terjadi gejolak eksternal. “Jika tiba-tiba ada kesulitan likuiditas global, akan sulit di-roll over,” katanya.
Bank Indonesia mencatat rasio utang jangka pendek berdasarkan jangka waktu sisa terhadap cadangan devisa pada kuartal III 2015 telah mencapai angka 55,23 persen. Jumlah ini terus meningkat dari kuartal I sebesar 51,38 persen dan kuartal II sebesar 52,64 persen.
Namun, secara nominal, utang jangka pendek terus menurun selama tiga bulan terakhir hingga Oktober tahun ini. Pada Agustus 2015, utang jangka pendek mencapai US$ 57,4 miliar. Pada September, utang jenis ini tercatat US$ 56,17 miliar dan Oktober US$ 55,6 miliar. Penurunan rasio didorong oleh menurunnya cadangan devisa.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan rasio tersebut masih aman. Ia mengatakan rasio ini masih sama dengan rasio cadangan devisa terhadap impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah jatuh tempo. “Saat ini rasionya sekitar 6,7 bulan,” katanya melalui pesan pendek kemarin.
Mirza mengatakan rasio ini bukan berarti impor dan utang dibayar menggunakan cadangan devisa. Pada prakteknya, impor dan utang dibayar dari arus kas perusahaan dan penarikan utang dagang. “Rasio tersebut hanya pembanding terhadap negara lain,” kata Mirza.
Menurut dia, mayoritas utang luar negeri korporasi adalah utang jangka panjang (lebih dari satu tahun). Utang luar negeri korporasi dibayar dari arus kas perusahaan dan dari roll over (penundaan pembayaran) utang tersebut. Ia mengatakan hal yang terpenting saat ini adalah menjaga kepercayaan investor dan kreditur luar negeri. “Jika kepercayaan terjaga, utang luar negeri jatuh tempo akan di-roll over,” kata Mirza.
TRI ARTINING PUTRI