TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menilai langkah bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuan (Fed rate) juga memberi dampak positif bagi negara berkembang seperti Indonesia. Naiknya Fed rate menandakan pulihnya perekonomian negara tersebut.
"Pertumbuhan ekonomi AS diprediksi lebih baik dari 2,2 persen ke 2,4 persen; ini akan memperbaiki permintaan global dari berbagai negara ekonomi berkembang termasuk Indonesia," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, di kantornya, Jumat 17 Desember 2015.
Perry mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan momentum kebangkitan perekonomian Amerika Serikat dengan meningkatkan ekspornya di produk manufaktur, tekstil, mesin, dan elektronik. "Itu faktor positif yang bisa mendorong ekspor ke depan," ujar Perry.
Namun ekspor Indonesia menghadapi hambatan lantaran masih lemahnya pertumbuhan perekonomian Cina yang berdampak pada turunnya harga komoditas. Untuk mengatasinya, menurut Perry, perlu ada kebijakan refomasi struktural untuk mendorong produk manufaktur.
"Itu yang akan meningkatkan daya saing, memperbaiki iklim investasi, dan memberikan optimisme pertumbuhan ekonomi yang lebih baik."
Bank Indonesia, kata Perry, memprediksi pertumbuhan perekonomian domestik di kisaran 5,2-5,6 persen. Dia optimistis perekonomian 2016 akan membaik lantaran pemerintah memberikan stimulus fiskal lebih cepat dibandangkan tahun ini. Kementerian dan lembaga juga mulai melelang proyek pada triwulan pertama 2016.
"Langkah ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan," kata Perry.
Adapun Bank Indonesia melonggarkan kebijakan makro prudential seperti menurunkan giro wajib minimum dan kesiapan penyaluran kredit untuk mendongrak perekonomian nasional.
The Fed akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25-0,5 persen untuk pertama kalinya sejak 2008 lalu pada Kamis dinihari. The Fed beralasan terjadi peningkatan yang cukup besar di pasar tenaga kerja. The Fed juga optimistis inflasi akan menjadi dua persen dalam jangka waktu menengah.
SINGGIH SOARES