TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Kresna Graha Securindo Tbk Michael Steven mengatakan kenaikan suku bunga The Fed yang berdampak menurunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak harus dimaknai para investor sebagai suatu kekhawatiran yang akan merugikan mereka.
Menurut Michael, pemikiran investor harus diubah. Ketika IHSG turun, langkah yang dilakukan apakah harus diikuti dengan membeli atau menjual saham. “Kalau menjual, kita mungkin akan kehilangan pasar. Tapi kalau mau beli, kita juga seharusnya berpikir dan berterima kasih karena kita mendapatkan diskon,” katanya di Bursa Efek Indonesia, Jumat, 18 Desember 2015.
Steven menambahkan, tren pasar memang tidak mudah diprediksi karena sentimen-sentimen pasar juga tidak bisa dihindari. Sewaktu orang membeli saham, tentu investor berharap pasarnya turun lebih dulu. Giliran sudah membeli saham banyak, mereka berharap harga saham naik.
Menurut Michael, sosialisasi literasi keuangan harus dilakukan bersama-sama oleh emiten, perusahaan sekuritas, dan pemerintah sebagai regulator untuk mengubah pola pikir investor agar mereka tidak ketakutan ketika tren IHSG mengalami penurunan.
“Untuk masa depan, justru kita ingin secara teori, grafiknya flat saja pada saat beli. Giliran ingin jual, kita pengennya naik gila-gilaan. Kita kan pengennya begitu, turun-naik, tapi tidak bisa. Ini yang harus kita sosialisasi,” ucapnya.
Dua hari yang lalu, The Fed menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis point, dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen. Namun, kemarin, IHSG justru ditutup naik 1,62 persen (72,51 poin) ke level 4.555,96. Padahal banyak kalangan memprediksi IHSG akan anjlok pada hari itu juga.
Ternyata, dalam perdagangan hari ini, barulah IHSG terkoreksi sejak pembukaan saham tadi pagi, yakni turun sebesar 0,96 persen atau 43,75 poin ke level 4.512,21. Hingga saat ini, belum terlihat adanya kenaikan, menyentuh level awal, dan berkisar di teritori negatif. Pelemahan tersebut sejalan dengan pergerakan bursa Amerika Serikat dan Asia.
DESTRIANITA K