TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kamis, 17 Desember 2015, memutuskan tingkat suku bunga acuan (BI rate) dipertahankan pada posisi 7,5 persen. Begitu juga dengan suku bunga deposit facility yang berdiri di 5,5 persen dan lending facility pada posisi 8 persen.
Direktur Eksekutif Komunikasi Tirta Segara mengatakan BI masih membuka ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. "Kami akan terus cermati perkembangan pasar keuangan global pasca kenaikan the Fed rate," ucap Tirta di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 17 Desember 2015.
Resiko eksternal, ujar Tirta, masih akan menjadi perhatian Bank Sentral. Sentimen perlambatan ekonomi Cina dan respon pasar keuangan global usai keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung bersikap diplomatis ketika mengomentari keputusan the Fed rate. Respon pasar yang terjadi hari ini sesuai dengan perkiraan. "Kami yakin ini (responnya) sudah price in," kata Juda.
Juda menambahkan terlalu awal bagi BI untuk menilai dampak dari kenaikan suku bunga acuan the Fed. Ia mengapresiasi cara komunikasi yang dilakukan the Fed. Langkah yang dilakukan the Fed dianggap membuat market bersiap menghadapi kenaikan Fed rate. "Pasar tidak ada gejolak. Semoga ke depan seperti itu juga."
Januari 2016, lanjut Juda, Bank Indonesia akan mengevaluasi lagi situasi pasar global usai keputusan the Fed. Saat itu, BI sudah mempunyai data-data ekonomi yang cukup untuk mengambil kebijakan moneter. Salah satu kebijakan moneter itu ialah mengenai BI rate.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia TIto Sulistio berharap Bank Indonesia bisa menurunkan suku bunga acuan. Ia mengatakan dengan keputusan The Fed yang menaikan suku bunga acuannya sentimen eksternal yang selama ini mempengaruhi pasar modal sudah mereda. "Keputusan itu sudah diprediksi. Ini akan membuat ketenangan dan dampak buruknya sudah lewat," ucap Tito di Gedung BEI, Jakarta.
Tito menyatakan penurunan BI rate wajar dilakukan. Salah satu alasannya ialah lebarnya jarak antara inflasi dengan suku bunga acuan yang sekarang berada di posisi 7,5 persen. Tito memprediksi inflasi akhir tahun berada di kisaran 3,5 persen sampai 4 persen. "Harapannya dengan spread yang masih tinggi BI rate bisa turun sedikit," ucapnya.
ADITYA BUDIMAN