TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berpotensi meraih tambahan pendapatan (revenue) senilai US$ 22,37 juta atau sekitar Rp 314,3 miliar per hari melalui inovasi dan penuntasan beberapa proyek kilang strategis. Tambahan pendapatan ini di antaranya hasil perbaikan di sektor pengolahan sepanjang 2015.
“Revenue yang juga berarti penghematan devisa negara sebesar US$ 22,37 juta per hari," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam siaran pers yang diterima Tempo, Rabu, 16 Desember 2015.
Dwi mencontohkan, salah satu perbaikan yang dimaksud adalah dengan mengkonversi kerosene menjadi avtur. Walhasil, Pertamina berhasil mengurangi impor avtur sebanyak 400 ribu barel per bulan.
Dari pengoperasian Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap, ucap Dwi, dapat diperoleh tambahan produksi Premium sebesar 730 ribu barel per bulan, High Octane Mogas Component (HOMC) 200 ribu barel per bulan, serta LPG 31.800 ton per bulan dan 12.900 ton per bulan. Pertamina dalam waktu yang hampir bersamaan mengambil alih pengoperasian kilang TPPI, di mana kapasitas feed mencapai 100 persen dan platformer 125 persen.
Dengan pengoperasian RFCC dan TPPI itu, ucap Dwi, Pertamina tidak lagi impor HOMC dan tidak ada ekspor naphtha karena dapat diproses di kilang dalam negeri. “Impor Premium turun 37 persen, solar turun 44 persen , dan LPG turun 12 persen,” ujar Dwi.
Pertamina, tutur Dwi, akan melanjutkan investasi proyek-proyek strategis kilang, seperti Roadmap Development Master Plan (RDMP) di empat kilang dengan investasi rata-rata US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 77,24 triliun. Khusus untuk RDMP Cilacap, Pertamina telah menandatangani HoA dengan Saudi Aramco. Sedangkan RDMP Balikpapan akan dilaksanakan pada akhir tahun ini. Adapun proyek Langit Biru Cilacap senilai US$ 392 juta atau sekitar Rp 5,5 triliun, Single Point Mooring US$ 216 juta (Rp 3 triliun), dan Calciner Plant di RU II Dumai US$ 100 juta (Rp 1,4 triliun).
Selain itu, tutur Dwi, Pertamina tengah mempersiapkan pembangunan New Grass Root Refinery di Tuban yang diharapkan dapat mengikat kerja sama dengan mitra strategis pada kuartal pertama 2016. Pengembangan kilang baru diharapkan dapat lebih cepat dengan dukungan penuh pemerintah melalui peraturan presiden soal pembangunan kilang yang diharapkan terbit dalam waktu dekat.
DEVY ERNIS