TEMPO.CO, Jakarta -Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistiyaningsih menilai Cina tidak akan mengumumkan devaluasi setelah Yuan masuk dalam keranjang mata uang bersama special drawing right (SDR). “Kalau di dalam kriteria SDR itu tidak boleh ada devaluasi lagi,” katanya saat dihubungi Tempo, Sabtu, 12 Desember 2015.
Lana mengungkapkan dengan masuknya Yuan ke SDR, harusnya menjadi kewajiban Cina membuat sistem nilai tukarnya lebih fleksibel. Namun ia menilai kondisi perekonomian Cina masih melambat sehingga kemungkinan ada kebijakan untuk menolong perlambatan tersebut. "Salah satu yang bisa menolong, jika mata uang Yuan terus melemah."
Pelemahan mata uang Cina, menurut Lana, akan kembali terjadi. Ia menduga Cina akan melakukan pelemahan Yuan dengan cara berbeda seperti melonggarkan kebijakan moneternya. “Apakah giro wajib minimum diturunkan lagi atau menurunkan suku bunga kredit dan depositonya,” ujar dia.
Salah satu yang bisa menolong perlambatan ekonomi Cina adalah jika mata uangnya terus melemah. Jika Cina kembali mendevaluasi Yuan, Lana menilai akan berdampak pada stabilitas keuangan Indonesia. Yuan melemah menyebabkan dollar akan menguat dan rupiah melemah.
Pada 11 Agustus 2015 Cina mendevaluasi mata uangnya karena terjadi penurunan di sektor ekspor. Meski demikian penasihat Bank Rakyat Cina, dalam tulisan Tempo sebelumnya, mengatakan kemungkinan akan melakukan penyusutan bertahap dan sederhana terhadap mata uangnya antara 3 dan 5 persen dalam 12 bulan ke depan.
DANANG FIRMANTO