TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan barang-barang konsumen, PT Kino Indonesia Tbk, berhasil meraup Rp 867,57 miliar dari penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia yang berlangsung pada 10 November-20 November 2015. Perseroan menetapkan harga IPO sebesar Rp 3.800 per lembar.
Direktur Keuangan PT Kino Indonesia Peter Chayson mengatakan jumlah saham perdana yang dilepas di IPO sebanyak 228,57 juta lembar atau 16 persen dari modal yang disetor.
"Kino akan menggunakan dana hasil IPO sekitar 27 persen untuk pembelian atau akuisisi merek atau aset, sekitar 50 persen untuk belanja modal, serta 23 persen sisanya untuk perseroan dan entitas anak perseroan untuk mendukung modal kerja," ucap Peter di Bursa Efek Indonesia pada Jumat, 11 Desember 2015.
Hari ini, PT Indonesia telah Resmi melantai di bursa dengan kode saham KINO. Presiden Direktur PT Kino Indonesia Tbk Harry Sanusi mengatakan proses book building telah berjalan dengan baik dan mampu menarik investor untuk berinvestasi di perusahaan consumer goods tersebut.
"Kami yakin prospek bisnis Kino Indonesia ke depan akan semakin berkembang mengingat barang konsumen merupakan kebutuhan masyarakat setiap hari," ujar Harry.
Menurut Harry, industri barang-barang konsumen merupakan salah satu industri yang bertahan di kala krisis. Industri ini diuntungkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta, bertambahnya jumlah kelas menengah, dan besarnya persentase usia produktif yang menjadi target pengguna produk perusahaan.
Per 30 Juni lalu, Kino mencatat kenaikan penjualan dari Rp 1,59 triliun menjadi Rp 1,74 triliun secara year on year. Laba perusahaan juga meningkat dari angka Rp 45,25 miliar menjadi Rp 165,44 miliar.
Kini Kino telah memiliki 29 cabang perusahaan dan 211 pusat distribusi pihak ketiga yang memberikan akses ke jaringan nasional dengan melayani 941.106 outlet langsung dan tidak langsung yang tersebar di 35 provinsi di Indonesia.
DESTRIANITA K.