TEMPO.CO, Bandung - Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) menyatakan dukungannya pada pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kerajati, Majalengka.
“Bandara Kertajati diharapkan menjadi solusi permasalahan karena daya tampung meningkat,” kata Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono di Bandung, Kamis, 3 Desember 2015.
Wisnu mengatakan, Bandara Kertajati diharapkan bisa mengurai kepadatan lalu lintas pesawat di antara Jakarta dan Jawa Barat. Saat ini landas pacu Bandara Soekarno Hatta, misalnya, sudah melayani 72 pergerakan persawat per jam sehingga sehari bisa dilewati 1.100 sampai 1.200 pesawat, belum termasuk lalu lintas pesawat di Bandara Halim Perdanakusuma dan Husein Sastranegara di Bandung yang berkisar 300 pesawat sampai 400 pesawat per hari.
Menurut Wisnu, lalu lintas pesawat di Indonesia akan makin padat seiring dengan pertumbuhan perkonomian Indonesia. Dalam setahun pertumbuhan lalu lintas penerbangan berkisar 8 persen sampai 10 persen. “Hari ini banyak pesawat dari luar negeri meminta slot ke Indonesia dibuka,” katanya.
Wisnu mengatakan, Bandara Kertajati menjadi alternatif tambahan bagi lalu lintas naik-turunnya pesawat. Taksirannya, satu landasan pacu yang beroperasi di Kertajati bisa melayani hingga 800 pergerakan pesawat. “Kita bisa bandingkan Sukarno-Hatta saja 1.100 pesawat per hari, Bandara Kertajati kira-kira 70 persennya,” katanya.
Menurut Wisnu, lembaganya sudah menyiapkan rencana memasang peralatan navigasi dan komunikasi untuk melayani lalu lintas penerbangan pesawat di Bandara Kertajati. Namun rencana itu masih menunggu kepastian pengembangan panjang landasan pacu bandara tersebut.
Wisnu mencontohkan, pemasangan ILS atau piranti membantu pesawat untuk naik-turun misalnya. “Kalau runway mau diperpanjang lagi, prosedurnya peralatan itu harus dibongkar lagi. Ini akan bermasalah,” katanya. “Kita juga belum bahas ruang udaranya. In baru di tanahnya dulu.”
Direktur Teknik dan Pengembangan Bisnis PT BIJB Yon Sugiono Kahfi mengatakan, pembahasan rencana pemasangan peralatan pengawasan navigasi sudah mulai dibahas bersama AirNav Indonesia. “Kami sudah beberapa kali rapat,” katanya di Bandung, Kamis, 3 Desember 2015.
Yon mengatakan, rapat tersebut salah satunya membahas soal pihak yang akan membangun tower untuk menyimpan peralatan navigasi bandara tersebut, AirNav Indonesia atau BIBJ. Soal ini akan dimintakan kepastiannya pada Kementerian Perhubungan. “Apakah AirNav atau BIBJ yang membangun,” katanya.
Menurut Yon, pemerintah sudah membangun landas pacu di bandara Kertajati sepanjang 2.500 meter. Pemerintah akan memperpanjang lagi 500 meter sehingga saat bandara beroperasi pada 2017 nanti panjangnya menjadi 3 ribu meter. “Nanti tahun 2019 akan diperpanjang lagi 500 meter menjadi 3.500 meter,” ujarnya.
Yon mengatakan, masterplan bandara di Kertajati memiliki dua landas pacu, masing-masing panjangnya 3.500 meter. “Tapi lahan yang disiapkan itu untuk 4 ribu meter, kalau satu saat menuntut diperpanjang. Lahan sudah tersedia,” ungkapnya.
PT BIBJ bulan ini sudah akan memulai pengerjaan sisi darat bandara di Kertajati. Yon mengatakan, pengerjaan sisi darat dibagi tiga kelompok pengerjaan. Pertama, infrastruktur seperti jalan dan flyover, lalu bangunan terminal, dan terakhir bangunan penunjang. “Diharapkan semuanya selesai pada bulan Oktober 2017. Meski demikian, kami upayakan pertengahan 2017 sudah beroperasi walaupun bandara ini belum selesai,” katanya.
Proyek pembangunan sisi darat bandara di Kertajati itu dikerjakan dalam tiga paket pengerjaan. Paket Satu Rp 355 miliar untuk aksesibilitas bandara dimenangkan PT Adikarya, Paket Tiga Rp 416 miliar untuk bangunan penunjang dimenangkan PT Waskita Karya. Paket Dua yang terakhir beres proses lelangnya, yakni untuk bangunan terminal sudah selesai. “Sudah ada, pemenangnya itu KSO antara PT Wika dan PP,” kata Yon.
Yon mengatakan, nilai proyek pengerjaan Paket Dua menembus Rp 1 triliun. “Persisnya saya lupa,” katanya. Pengerjaan pembangunan bangunan terminal dijadwalkan digarap bulan Desember ini. “Kami rencanakan Oktober 2017 selesai.”
Yon mengklaim, Bandara Kertajati bisa menjadi percontohan pengembangan bandara yang terintegrasi dengan tata ruang kawasannya. “Membuat bandara itu harus terintegrasi antara perencanaan bandara, wilayah, bisnis, dan aksesibilitas. Saya lihat tempat lain akan menemukan kesulitan karena antara bandara dan kawasan itu hal yang berbeda,” katanya.
AHMAD FIKRI