TEMPO.CO, Bandung - AirNav Indonesia atau Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia belum membahas penataan ruang udara bandara Pondok Cabe yang akan dikelola oleh PT Garuda Indonesia bersama PT Pertamina.
“Kami akan bahas bagaimana penataan ruang udaranya, setelah itu kami akan memberikan rekomendasi ke pemerintah,” kata Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono di Bandung, Kamis, 3 Desember 2015.
Wisnu mengatakan, salah satu yang jadi pertimbangan adalah lokasi Bandara Pondok Cabe yang bedekatan dengan Bandara Halim Perdanakusumah. “Kami harus pastikan itu tidak saling terpengaruh,” kata dia.
Dia mencontohkan, frekwensi penerbangan di Pondok Cabe misalnya akan mempengaruhi jadwal penerbangan di Halim. “Kita akan lihat frekwensi terbangnya, terpengaruh atau tidak,” kata Wisnu.
Wisnu mengatakan, kajian itu akan menentukan bisa atau tidaknya Bandara Pondok Cabe berfungsi sebagai bandara komersial. “Desember ini dibahas, mungkin baru Januari-Februari (2016) baru kita tahu hasilnya,” kata dia.
Menurut Wisnu, AirNav Indonesia mempertimbangkan pengaruh pengoperasian Bandara Pondok Cabe terhadap Bandara Halim. “Kita harus hati-hati. Halim kan sekarang banyak (penerbangannya), ditambah VVIP. RI1 dan RI2 take-off di situ,” kata dia.
Dia membandingkan dengan keputusan sebelumnya yang menolak pengoperasian Bandara Maja di Lebak, Banten, menjadi bandara komersial yang akan dioperasikan maskapai Lion Air Group. “Dengan adanya Lebak, ruang udara yang dipakai (sekolah penerbangan) Curug menjadi tidak bisa digunkan. Itu pertimbanganya. Dan Curug harus ada,” kata Wisnu.
PT Garuda Indonesia (Persero) bersiap mengoperasikan penerbangan berjadwal dari Bandara Pondok Cabe, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, pada 2016. Direktur Utama Garuda Arif Wibowo mengatakan akan meneken kesepakatan dengan PT Pertamina (Persero) dan Pelita Air Service sebagai mengelola Bandara Pondok Cabe pada pertengahan November 2015.
Menurut Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, pengelolaan lapangan terbang itu oleh Garuda mampu menyumbangkan pendapatan Rp 40-50 miliar per tahun.
AHMAD FIKRI