TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak turun di perdagangan Asia, Rabu, 2 Desember 2015, ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersiap melakukan pertemuan kebijakan di Wina, di tengah ekspektasi mereka akan mempertahankan tingkat produksi yang tinggi.
Patokan Amerika Serikat, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun 26 sen menjadi US$ 41,59 per barel, dan minyak mentah Brent untuk Januari diperdagangkan 18 sen lebih rendah di US$ 44,26 per barel pada sekitar pukul 06.25 GMT.
Pedagang akan mengamati dengan saksama pertemuan OPEC pada Jumat, untuk melihat apakah mereka akan memangkas tingkat produksi yang tinggi saat ini di lebih dari 31 juta barel per hari.
Setiap pemangkasan produksi akan mengurangi kelebihan pasokan minyak mentah global yang telah membebani harga selama lebih dari satu tahun.
Kebanyakan analis memperkirakan OPEC memutuskan menentang pemotongan produksi karena pengaruh terhadap kartel dari Arab Saudi dan mitra Teluk-nya, Kuwait, Qatar, serta Uni Emirat Arab, yang lebih fokus pada mempertahankan pangsa pasar.
Keputusan OPEC pada November tahun lalu untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi telah mempercepat kemerosotan harga minyak dari puncak di atas US$ 100 per barel pada pertengahan 2014.
"Arab Saudi dan sekutu dekatnya di Teluk, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab, memberikan kontribusi lebih dari setengahnya dari produksi OPEC 31,5 juta barel per hari, dan yang lainnya di OPEC tidak bisa memaksa mereka memotong produksi," kata IHS Energy dalam sebuah laporan.
"Tanpa kelompok Teluk, tidak ada kesepakatan OPEC yang efektif," kata dia seperti dikutip AFP.
Iran juga diperkirakan akan mengumumkan pada pertemuan tersebut rencana meningkatkan ekspor minyaknya, ketika sanksi-sanksi Barat yang melumpuhkan dicabut berdasarkan kesepakatan penting dengan negara-negara besar untuk mengekang program nuklir Teheran.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan, pekan lalu negaranya mengharapkan kesepakatan mulai berlaku pada awal Januari ketika Teheran telah mengimplementasikan komitmennya.
"Memang, Arab Saudi hampir tidak mungkin memotong kembali produksinya untuk membuat ruang bagi para pesaingnya secara umum dan saingan Iran khususnya, mungkin dapat mengisi jika dan ketika sanksi-sanksi dicabut," kata IHS.
Pasar juga mengamati laporan tentang persediaan minyak mentah komersial AS yang akan dirilis pada Rabu sebagai ukuran permintaan di negara dengan konsumen minyak terbesar di dunia.
ANTARA