TEMPO.CO, Nusa Dua - Menteri Pertanian Amran Sulaiman berencana memperbaiki data pangan yang dituding tak akurat. Namun dia enggan menjelaskan data produksi beras yang dinilai beberapa pihak terlalu tinggi dari angka yang sebenarnya.
"Data pangan jangan dibesar-besarkan, yang penting adalah satu tahun pemerintahan tidak ada impor, surplus kan?" katanya setelah menjadi pembicara pada “Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) XI” di Bali, Jumat, 27 November 2015.
Dia tak ingin banyak pihak meributkan data pangan tersebut seperti isu beras plastik yang pernah santer pada Mei lalu. Amran juga mempertanyakan ujung dari kasus beras plastik. "Apa hasilnya? Enggak ada untungnya," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla ingin prediksi produksi padi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dievaluasi. Ramalan BPS bahwa produksi padi tahun ini mencapai 75 juta ton perlu dihitung dengan benar. "Sebab, itu terlalu tinggi sehingga berbahaya untuk landasan perhitungan yang akan datang," tuturnya, Rabu, 16 September 2015.
Berdasarkan perhitungan, dia mempertimbangkan rata-rata orang Indonesia menghabiskan 175 kilogram beras per tahun. "Coba berarti kalau masak 0,5 kilogram per hari. Di mana surplusnya?"
Kalla ingin perhitungan proyeksi produksi padi tersebut dievaluasi lebih cermat. Meski mengakui angka tersebut tak menyebabkan produksi naik atau turun, dia mengatakan perhitungan angka statistik 75 juta ton tersebut akan mempengaruhi subsidi pupuk, subsidi bibit, dan jumlah petani.
ALI HIDAYAT