Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global Bakal Lebih Cepat

image-gnews
Goa es yang mulai mencair di Aletsch Glacier, Fiesch, Swiss, 29 Agustus 2015. Aletsch Glacier hampir lenyap karena perubahan iklim dan pemanasan global. REUTERS/Denis Balibouse
Goa es yang mulai mencair di Aletsch Glacier, Fiesch, Swiss, 29 Agustus 2015. Aletsch Glacier hampir lenyap karena perubahan iklim dan pemanasan global. REUTERS/Denis Balibouse
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemanasan global akan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya karena emisi gas rumah kaca yang secara alami naik juga terpengaruh peningkatan suhu menurut hasil studi baru dari Linköping University, Swedia, yang mengukur emisi methana.

"Semua menunjukkan bahwa pemanasan global terjadi akibat kegiatan manusia yang meningkatkan emisi gas rumah kaca alami. Pengukuran detil kami mengungkapkan satu pola jelas dari emisi methana yang lebih besar dari danau-danau pada suhu lebih tinggi," kata Sivakiruthika Natchimuthu, mahasiswa program doktoral di Tema Environmental Change, Linköping University, dan penulis utama publikasi soal itu.

Dalam dua tahun terakhir tim riset di Linköping University sudah menyumbang sejumlah studi yang semuanya menunjuk ke arah yang sama: emisi gas rumah kaca alami akan meningkat ketika iklim lebih hangat.

Dalam studi terakhir, para periset meneliti emisi gas rumah kaca methana dari tiga danau. Mereka melihat emisi methana meningkat secara eksponensial bersama temperatur dalam hasil studi yang dipublikasikan di Limnology and Oceanography.

Pengukuran mereka menunjukkan bahwa pada peningkatan suhu dari 15 sampai 20 derajat Celsius, tingkat emisi methananya hampir dua kali lipat.
 
Sementara peningkatan antropogenik emisi gas-gas rumah kaca diperkirakan dan dimasukan dalam prediksi iklim, perkembangan emisi alami masih kurang jelas.

Tidak ada pengetahuan tentang siklus jahat yang muncul, yakni bahwa emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil menimbulkan peningkatan suhu, yang pada gilirannya akan meningkatkan emisi alami dan pemanasan lebih lanjut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami tidak bicara tentang hipotesis lagi. Buktinya tumbuh dan hasil dari studi-studi rinci sangat jelas," kata David Bastviken, profesor di Tema Environmental Change, Linköping University.

Ini berarti pemanasan akan lebih cepat dibandingkan dengan yang diperkirakan dari emisi gas rumah kaca antropogenik saja.

Menurut Profesor Bastviken ini juga berarti bahwa setiap pengurangan emisi gas rumah kaca antropogenik adalah kemenangan ganda, mengurangi efek langsung pada pemanasan dan juga mencegah umpan balik peningkatan emisi alami.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

Ilustrasi kekeringan. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.


Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Gagas Pemanfaatan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan. ugm.ac.id
Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.


Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) menyalami pembalap tim Mercedes-EQ Formula E Nyck De Vries (kanan) saat Meet and Greet Pebalap Formula E di kawasan Monas, Jakarta, Kamis 2 Juni 2022. Ajang Jakarta E-Prix 2022 akan digelar pada Sabtu 4 Juli 2022. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.


Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Dikta Yovie n Nuno atau Pradikta Wicaksono. Foto: Instagram Dikta.
Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.


Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?


Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ilustrasi menggunakan ponsel sambil berjalan. bbc.com
Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?


Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri. TEMPO/Jati Mahatmaji
Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.


BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

Pengendara motor melintas di samping tiang listrik yang patah akibat diterjang angin kencang di Kota Kupang, NTT, Senin, 5 April 2021. Angin kencang tersebut dipengaruhi badai siklon Seroja yang tengah terbentuk di wilayah NTT. ANTARA/Kornelis Kaha
BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.


Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Menteri Sosial Tri Rismaharini membantu membungkus nasi saat mengunjungi Posko Banjir Desa Wonoasri di Tempurejo, Jember, Jawa Timur, Senin, 18 Januari 2021. Risma terlihat memegang centong nasi untuk membantu petugas yang tengah sibuk menyiapkan nasi bungkus ke korban bencana. dok.Humas Kemensos
Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.


Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Berkurangnya krill sebagai sumber makanan bagi penguin tidak hanya akibat pemanasan global, tapi juga karena perburuan besar-besaran oleh pabrik pengolah ikan. boredpanda.com
Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.