TEMPO.CO, Jakarta -Di tengah melambatnya perekonomian dunia, neraca perdagangan Indonesia hingga Oktober 2015 surplus sebesar US$ 8,2 miliar. Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong optimistis surplus ini bisa dipertahankan sampai akhir tahun.
"Mudah-mudahan kondisi ini makin memperkukuh kinerja perdagangan Indonesia ke arah surplus neraca perdagangan sepanjang 2015," kata Lembong melalui siaran persnya, Rabu, 18 November 2015. Ia saat ini sedang melakukan kunjungan kerja di Manila, Filipina.
Optimisme itu didasari data bahwa pada Oktober saja, surplus neraca perdagangan Indonesia menebal sebanyak US$ 1 miliar. Surplus itu berasal dari perdagangan nonmigas sebesar US$ 1,4 miliar dan defisit perdagangan migas US$ 400 juta.
Lembong menjelaskan, perdagangan dengan India, Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Pakistan adalah penyumbang surplus terbesar selama Januari-Oktober 2015 yang mencapai US$ 20,7 miliar. Sebaliknya, perdagangan dengan Cina, Thailand, Australia, Brasil, dan Argentina menyebabkan defisit sebesar US$ 18,9 miliar.
Bagaimanapun, Lembong mengakui bahwa pada Oktober lalu, kinerja ekspor Indonesia masih negatif. Nilai ekspor Indonesia selama bulan Oktober 2015 US$ 12,1 miliar, turun 4 persen dibanding pencapaian pada September 2015. Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-Oktober 2015 sebesar US$ 127,2 miliar, turun 14 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. "Penurunan ini merupakan indikasi perekonomian global yang belum pulih secara total," ujarnya.
Lebih jauh, penurunan ekspor selama Januari-Oktober 2015 dipicu pelemahan harga minyak dan komoditas utama, serta penurunan permintaan impor dari mitra dagang. Permintaan impor negara mitra dagang utama antara lain Cina turun 18,8 persen, Jepang turun 20,6 persen, Singapura turun 19,5 persen, dan Thailand turun 11,2 persen.
PINGIT ARIA