TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Thomas Lembong menginformasikan, di tengah melambatnya ekspor, kinerja neraca perdagangan Oktober 2015 mengalami surplus US$ 1,0 miliar. Surplus tersebut berasal dari perdagangan nonmigas sebesar US$ 1,4 miliar dan defisit perdagangan migas US$ 0,4 miliar. Sementara kinerja neraca perdagangan Oktober tetap berpeluang menjaga surplus neraca perdagangan selama 2015.
"Neraca perdagangan mengalami peningkatan surplus di tengah perlambatan kinerja ekspor dan impor Indonesia sehingga kami harus tetap bekerja keras dan optimistis," ujarnya dalam keterangan rilisnya, di Manila, Filipina, Selasa, 17 November 2015.
Tren surplus neraca perdagangan terjadi pula pada neraca perdagangan kumulatif Januari-Oktober 2015 sebesar US$ 8,2 miliar. Surplus terdiri dari defisit perdagangan migas sebesar US$ 5,4 miliar dan surplus nonmigas sebesar US$ 13,6 miliar. "Mudah-mudahan kondisi ini makin memperkukuh kinerja perdagangan Indonesia ke arah surplus neraca perdagangan sepanjang 2015," ucapnya.
Ia menjelaskan, perdagangan dengan India, Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Pakistan adalah penyumbang surplus terbesar selama Januari-Oktober 2015 yang mencapai US$ 20,7 miliar. "Sementara perdagangan dengan Cina, Thailand, Australia, Brasil, dan Argentina menyebabkan defisit sebesar US$ 18,9 miliar," katanya
Thomas berujar, untuk nilai ekspor Indonesia selama bulan Oktober 2015 mencapai US$ 12,1 miliar, atau turun 4,0 persen dibandingkan September 2015 lalu. Penurunan ini merupakan indikasi perekonomian global yang belum pulih secara total. "Namun, dari sisi volume, ekspor di bulan Oktober justru meningkat sebesar 4,38 persen dibanding September 2015," ujarnya.
Ia memerinci, secara kumulatif nilai ekspor Januari-Oktober 2015 mencapai US$ 127,2 miliar, atau turun 14,0 persen (YoY). Penurunan ekspor selama Januari-Oktober 2015 dipicu pelemahan harga minyak dan komoditas utama, serta penurunan permintaan impor dari mitra dagang. Permintaan impor negara mitra dagang utama antara lain Cina turun 18,8 persen, Jepang turun 20,6 persen, Singapura turun 19,5 persen, dan Thailand turun 11,2 persen.
Sementara itu, kata Thomas, komoditas ekspor nonmigas Indonesia yang turun pada Januari-Oktober 2015 antara lain timah sebesar -30,8 persen, tembaga sebesar -23,2 persen, nikel -22,6 persen, CPO sebesar -11,3 persen, karet dan barang dari karet sebesar -17,7 persen, berbagai produk kimia sebesar -37,9 persen, ikan dan udang sebesar -14,7 persen, kapas sebesar -9,3 persen, serta tembakau -4,9 persen.
ABDUL AZIS