TEMPO.CO, Jakarta - Danareksa Investment Management (IDM) meluncurkan ulang produk Reksa Dana Danareksa Anggrek Fleksibel. Perubahan yang dilakukan adalah strategi pemilihan efek dalam portofolio. "Kinerja historis saham dan obligasi BUMN telah terbukti lebih kompetitif dibanding kinerja pasar," kata Direktur Utama DIM Prihatmo Hari Mulyanto, Rabu, 4 November 2015.
Menurut Prihatmo, Anggrek Fleksibel akan fokus berinvestasi pada efek yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara dan anak perusahaannya. Berdasarkan perhitungan yang dibuat Danareksa, 20 saham BUMN dan anak perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia menghasilkan kinerja historis untuk 1, 3, dan 5 tahun terakhir, masing-masing sebesar -10,7 persen, 22,5 persen, dan 46,4 persen.
Pada periode yang sama, kinerja JCI mencapai -12,8 persen, 2,1 persen, dan 22,6 persen berdasarkan data 30 Oktober 2015. Sedangkan surat utang BUMN menghasilkan 7,37 persen, 20,13 persen, dan 55,23 persen. Angka ini melampaui indeks obligasi Infovesta pada periode yang sama, yaitu 7,35 persen, 20,11 persen, dan 46,14 persen.
Prihatmo mengatakan, yang melatarbelakangi perubahan strategi ini adalah ekspektasi atas kinerja emiten BUMN semakin membaik. Hal ini, kata dia, tidak lepas dari perhatian Presiden Jokowi kepada BUMN melalui pemberian penyertaan modal negara.
Pertimbangan lain adalah fokus pemerintahan terhadap proyek infrastruktur. Sebagai perusahaan negara, BUMN diperintahkan untuk mengerjakan proyek-proyek tersebut. "Besarnya proyek infrastruktur ini diharapkan mampu mendongkrak kinerja keuangan BUMN," ujar Prihatmo.
Selanjutnya, kata Prihatmo, adanya kebijakan tentang revaluasi aset diharapkan mampu membuat keuangan emiten BUMN semakin solid. "Kalau ada revaluasi aset, artinya aset-aset mereka akan semakin baik," ujarnya.
Melalui perubahan strategi pengelolaan portofolio ini, perseroan menargetkan pertumbuhan dana kelolaan Anggrek Fleksibel mencapai Rp 500 miliar hingga akhir 2016.
MAYA AYU PUSPITASARI