TEMPO.CO, Jakarta - Kebutuhan minyak nabati global dalam 35 tahun ke depan diperkirakan mencapai 20 juta ton per tahun dengan asumsi penduduk dunia sebesar 9,6 miliar jiwa.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPS) Bayu Krishnamurti mengatakan adanya potensi itu menjadikan minyak sawit secara efisien akan dapat memenuhi kebutuhan pasar mengingat kebutuhan lahan sawit hanya sekitar 52 juta hektare.
“Hal ini mengingat efisiensi lahan sawit yang penggunaannya hanya kurang dari sepertiganya dibanding kebutuhan lahan minyak nabati lain, seperti rapeseed dan minyak kedelai,” ucapnya dalam keterangan resmi, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Mantan Wakil Menteri Pertanian itu menyatakan pandangannya tersebut dalam ajang European Palm Oil Conference (EPOC) 2015 di Milan, Italia.
Eropa merupakan pasar yang utama bagi sawit Indonesia. Pada 2014, pasar sawit Indonesia di Eropa mencapai sekitar 3,09 juta ton dengan pintu masuk utama melalui Belanda dan Italia. Kawasan Eropa merupakan pasar ketiga terbesar setelah ke India dengan 3,87 juta ton dan Cina 3,2 juta ton.
Menyinggung bahasan kesehatan yang menjadi perhatian konsumen di Eropa, Bayu menjelaskan, kandungan minyak kelapa sawit dinilai cukup baik dalam darah (HDL). Selain itu, tidak ada aturan dari pemerintah mana pun yang melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan makanan.
Bayu juga menuturkan manfaat minyak sawit yang digunakan untuk program fortifikasi vitamin A di Indonesia yang telah menurunkan tingkat defisiensi vitamin A sebanyak 18 persen bagi anak di bawah usia 5 tahun dan 11 persen di kalangan ibu menyusui.
BISNIS