TEMPO.CO, Jakarta - Dalam kunjungan ke Amerika Serikat pekan lalu, Presiden Joko Widodo telah menyatakan keinginan untuk membawa Indonesia bergabung dengan Trans-Pacific Partnership (TPP). Trans Pacific merupakan blok perdagangan yang dimotori Amerika dan negara-negara kawasan Pasifik.
Keinginan Jokowi ini berbeda dengan sikap Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dalam 10 tahun masa pemerintahannya. SBY menolak bergabung dengan 12 negara Pasifik itu. "Memang benar, dulu saya tidak setuju Indonesia masuk TPP," kata SBY melalui akun Twitter resminya @SBYudhoyono, Jumat 30 Oktober 2015.
Melalui cuitan bertanda *SBY* yang berarti diketik sendiri itu, ia menjelaskan, Trans-Pacific Partnership adalah kerja sama ekonomi lintas Pasifik, yang dimotori Amerika Serikat. "Hakikatnya, liberalisasi perdagangan & investasi," katanya.
Menurut SBY, TPP baik jika negara anggotanya “siap”, kepentingannya diwadahi, dan benar-benar memberikan keuntungan bersama. Sebaliknya, jika Indonesia merasa belum siap dan dipaksa masuk TPP, justru negara kita dirugikan. Begitulah hukum globalisasi.
Alasan SBY dulu enggan membawa Indonesia bergabung ke TPP adalah karena saat itu sedang meningkatkan kesiapan untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN. Selain itu, Indonesia juga harus "untung" dalam perdagangan ASEAN-Cina yang sudah disepakati. "Rakyat khawatir kalau kita tak siap & merugi dalam dua kerja sama ini," kata SBY.
Hal lain yang juga penting menurut SBY adalah karena Indonesia sedang ikut negosiasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), yakni kerja sama ekonomi antara ASEAN+Tiongkok, Jepang, dan Korea.
Dalam cuitnya, SBY menyatakan Indonesia tak boleh latah mengikuti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam yang telah lebih dulu masuk TPP. Sebab, negara-negara itu berorientasi ekspor. Sementara, "Indonesia tidak, pasar domestik kita besar," ujarnya.
Jika tak siap, menurut SBY, bergabung dengan TPP justru pasar kita akan kebanjiran barang dan jasa negara lain, sementara ekspor kita tak bisa bersaing di luar negeri. Apalagi, sudah ada APEC yang juga merupakan wadah kerja sama ekonomi Asia Pasifik. "Karenanya, dulu TPP belum jadi prioritas utama," kata SBY.
Bagaimanapun, pria asal Pacitan ini menyatakan Presiden Jokowi punya hak dan bisa saja mengubah posisi Indonesia, termasuk untuk bergabung ke TPP. "Mungkin beliau sudah berjanji di Amerika," kata SBY menutup cuitnya.
Sebelumnya, ketika bertemu Presiden Barack Obama, Presiden Joko Widodo telah mengatakan ketertarikan untuk bergabung dengan TPP. “Indonesia berniat bergabung dalam TPP,” demikian pernyataan Jokowi di Gedung Putih, Washington, Senin, 26 Oktober 2015 siang waktu setempat atau Selasa dinihari waktu Indonesia. Dalam keterangan pers yang diberikan bersama Presiden Amerika Serikat Barack Obama itu, Jokowi tidak mengelaborasi pernyataannya.
PINGIT ARIA