TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan menyiapkan 16 kapal untuk mengevakuasi korban kabut asap. Rincianya, 7 kapal KPLP (Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai), 7 kapal navigasi negara, dan 2 kapal Pelni.
Juru bicara Kementerian Perhubungan, J.A. Barata, mengatakan setiap kapal KPLP berkapasitas 150 orang, kapal navigasi 100 orang, dan kapal Pelni 1.000 orang. "Mereka sudah siap orang-orangnya, bahan bakar, obat-obatan, dan tenaga medis. Yang kedua, kami koordinasi dengan Pelni, mereka sudah siap," katanya, Selasa malam, 27 Oktober 2015.
Semua kapal siap mengevakuasi korban asap jika diperlukan. Tiga kapal KPLP sudah merapat di pelabuhan, antara lain di Dumai dan Selat Singapura. Sisanya, kata Barata, masih berada di "barak" masing-masing untuk menunggu perintah evakuasi. "Dalam kondisi tertentu, kami dekatkan kapal ke darat."
Barata menuturkan pemerintah daerahlah yang menentukan evakuasi korban asap. Evakuasi warga, terutama ke luar pulau, mempunyai prosedur operasional standar (SOP). "Pertama kami tangani secara biasa dengan pengobatan, lalu evakuasi masih dalam satu pulau, selanjutnya evakuasi antarpulau. Kami bersedia evakuasi, tergantung pemerintah daerah," ujarnya.
Menurut Barata, pihak yang mengetahui kebutuhan evakuasi dan titik lokasi evakuasi adalah pemerintah daerah. Karena itu, Kementerian Perhubungan berkoordinasi dengan pemerintah daerah jika evakuasi warga ke kapal diperlukan. Kementerian juga memerintahkan semua kepala UPT Pelabuhan menyiapkan fasilitas pelabuhan sebagai salah satu jalur evakuasi, khususnya untuk mobilisasi warga yang terkena dampak asap akibat kebakaran hutan di beberapa wilayah Indonesia.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut meminta para kepala UPT berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk meminta data penumpang dan barang bawaannya yang akan dievakuasi melalui pelabuhan.
Agar memfasilitasi para pengungsi, pemerintah meminta pelabuhan menyiapkan terminal penumpang, gudang, lapangan penumpang, dan kantor pelabuhan untuk bisa digunakan sebagai tempat tinggal sementara sebelum evakuasi.
ALI HIDAYAT