TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus belum memuaskan. Meski angka impor turun, pada saat yang sama ekspor Indonesia juga ikut merosot.
“Tetap ada berita baiknya. Namun tidak cukup,” kata mantan Gubernur Bank Indonesia dan Direktur Jenderal Pajak itu di kantornya, Kamis, 15 Oktober 2015.
Surplus akan meningkat, ujar Darmin, apabila ekspor juga mengalami lonjakan. Sayangnya, ia meneruskan, Indonesia belum mempunyai komoditas alternatif andalan untuk mendongkrak ekspor. “Selain hasil sumber daya alam,” ujarnya.
Meski demikian, Darmin menambahkan, ada beberapa sektor industri yang mengalami pertumbuhan. Misalnya, kata Darmin, industri pangan dan alas kaki. “Permata perhiasan, ya, batu akik segala macam. Tapi enggak mungkin besar juga,” tuturnya.
Dalam paket kebijakan, Darmin menjelaskan, pemerintah tidak hanya berfokus pada deregulasi perizinan untuk mendorong investasi industri. Namun juga membantu pembiayaan ekspor. “Terutama untuk UKM. Kita harus dukung itu,” ucapnya.
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya surplus neraca perdagangan hingga September 2015 sebesar US$ 7,13 miliar.
Total ekspor dari Januari hingga September mencapai US$ 115,07 miliar. Nilai ini turun sebanyak 13,29 persen dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Pada September ini, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, turun 1,55 persen dibandingkan Agustus tahun ini. Sedangkan jika dibandingkan dengan September tahun lalu, nilainya juga menurun sebesar 17,98 persen.
Meski mengalami surplus, Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengungkapkan, volume ekspor neraca perdagangan turun sebesar 7,93 persen. “Penurunan volume ini lebih tinggi daripada penurunan value,” katanya di kantor BPS, Kamis, 15 Oktober 2015.
Suryamin menjelaskan, adanya penurunan volume perdagangan tapi masih bisa menghasilkan neraca yang surplus menandakan adanya peningkatan harga-harga komoditas yang tinggi, khususnya nonmigas. “Untuk nonmigas turun 1,06 persen, volumenya turun 2,63 persen,” ujarnya.
Demikian juga ekspor migas yang mengalami penurunan sebesar 5,2 persen. Pada sektor ini, juga terjadi penurunan volume. “Artinya, masih ada penurunan harga migas yang cukup drastis, hampir 50 persen dari tahun lalu,” tutur Suryamin.
SINGGIH SOARES | MAYA AYU PUSPITASARI