TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Muladno mengatakan saat ini banyak sarjana bidang peternakan enggan jadi peternak atau pengusaha dalam bidang tersebut.
"Fakta ini terlihat dari jumlah pengusaha dan peternak di Indonesia yang didominasi hanya pendidikan hingga SMP dan di bawahnya," katanya saat menyampaikan orasi ilmiahnya di Universitas Andalas (Unand) Padang pada akhir pekan lalu.
Saat ini jumlah peternak di Indonesia yang memiliki kualifikasi sarjana hanya sekitar 27 ribu orang. Jumlah ini sangat kecil bila dibandingkan dengan peternak yang memiliki kualifikasi SMP yang mencapai 1,6 juta orang. Bahkan dibandingkan dengan kualifikasi yang tidak sekolah pun jumlahnya masih kalah, yakni mencapai 500 ribu orang.
Padahal, kata Muladno, bila dihitung dari keseluruhan lulusan mahasiswa peternakan, jumlahnya telah mencapai jutaan orang.
Namun kenyataannya sebagian besar lulusan tersebut memilih berkecimpung dalam bidang lain seperti keuangan, perdagangan, atau kesehatan. "Hal ini mengindikasikan bahwa menjadi peternak bukan tujuan utama pengembangan diri lulusan tersebut," katanya.
Sebenarnya, kata dia, pemerintah telah mengantisipasi hal tersebut dengan meluncurkan program sarjana masuk desa. Namun kenyataannya di lapangan khusus sarjana peternakan hanya segelintir yang mau melakukan produksi ternak dan mengekspor. Kebanyakan lebih memilih dalam hal perdagangan atau distribusi.
Untuk itu, katanya, sebagai upaya lain, yakni meluncurkan program sentra peternakan rakyat. Pihaknya akan menggaji sarjana peternakan untuk tinggal di sebuah lokasi dari sentra tersebut hingga mencapai Rp 3,8 juta/bulan.
ANTARA