TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Area Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo memproyeksikan defisit listrik kawasan itu bakal mencapai 40 MW hingga akhir tahun.
Menurut General Manager PLN Suluttenggo Baringin Nababan, penambahan defisit listrik diakibatkan oleh potensi gangguan beberapa pembangkit listrik, belum selesainya pembangunan beberapa pembangkit listrik, dan musim kemarau yang berkepanjangan.
“Sekitar 45 persen pembangkit listrik berbahan bakar diesel, 25 persen adalah pembangkit listrik air, dan sisanya berasal dari uap atau panas bumi. Beberapa PLTA mengalami penurunan tenaga karena debit air turun signifikan,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (5 Oktober 2015).
Padahal, normalnya, defisit listrik di Suluttenggo hanya lima megawatt (MW). Seperti diketahui, daya mampu sistem Sulutgo saat ini sebesar 320 MW, sedangkan beban puncak sistem mencapai 325 MW. Akibatnya, hingga saat ini, kawasan Sulutgo masih mengalami defisit kelistrikan.
Tidak hanya itu, beberapa pembangkit listrik, ucapnya, sering mengalami gangguan teknis dan adanya pemeliharaan rutin yang memaksa pihaknya untuk mengurangi pasokan listrik.
Hingga lima tahun ke depan, PLN juga berencana untuk menambah kapasitas kelistrikan sampai 2.000 MW. Rencana tersebut merupakan bagian dari proyek 35.000 MW yang dicetuskan Presiden RI Joko Widodo. Di antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Anggrek Gorontalo 2x25 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG "Dual Fuel") Gorontalo Peaker berkapasitas 100 MW.