TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2015 akan tumbuh 4,9 persen. Ia mengatakan penjualan eceran, semen, dan kendaraan bermotor mulai tumbuh pada semester dua. “Ekonomi triwulan 2 dan seterusnya akan lebih baik, jelas akan lebih tinggi dari 4,7 persen,” kata Perry di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa, 29 September 2015.
Pertumbuhan penjualan ini, kata dia, dapat dijadikan persepsi untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Perry mengatakan itulah persepsi-persepsi yang memang belum tumbuh secara kuat dan belum dikomunikasikan dengan baik. “Saya kira itu akan membantu pelemahan rupiah tidak terlalu jauh dari sisi fundamentalnya,” kata dia.
Selama ini, kata dia, pelemahan rupiah selama ini lebih disebabkan oleh persepsi. Persepsi yang mempengaruhi rupiah, antara lain, kemungkinan naiknya suku bunga The Fed. Ketidakpastian ini, kata dia membuat pasar masih menunggu.
Pekan lalu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memprediksi pelemahan rupiah masih akan berlanjut pada Kuartal III dan IV tahun ini. Pada Kuartal III, rupiah diperkirakan rata-rata 13.800 per dolar dan 14.000 per dolar pada Kuartal IV. Kondisi ini, kata dia didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang positif pada Kuartal III dan IV. “Persepsi pasar makin positif,” kata Agus.
Ia memprediksi, rata-rata nilai tukar rupiah tahun depan masih akan sama dengan Kuartal IV tahun ini yakni 14.000 per dolar. Ia mengatakan penguatan stabilisasi keuangan akan semakin kuat tahun depan. Ketidakpastian global juga ia prediksi akan berkurang. “Fed rate diperkirakan naik pada 2016 gradual baik besaran atupun waktunya,” kata Agus.
Kemudian Agus memprediksi semester 2 2016 persepsi positif Indonesia akan kuat karena pertumbuhan ekonomi yang naik dan inflasi yang terjaga. Dari eksternal,ekonomi didukung dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi global. Sisi domestik diperkirakan akan membaik dan membuat capital inflow meningkat.
TRI ARTINING PUTRI