TEMPO.CO, Karawang- Digadang-gadang mendongkrak hasil panen, ternyata padi varietas IPB3S sempat membuat petani di Karawang bimbang. Hal ini diakui oleh Kadarisman, Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Karawang.
Ia mengatakan awalnya para petani di Karawang sempat meragukan varietas IPB3S. Padahal menurut dia harga bibit IPB3S di kisaran Rp 9 sampai Rp 10 ribu per kilogram, tidak jauh beda dengan bibit lain. Tahun 2014 padi IPB3S hanya ditanam di 10 hektare sawah.
"Itu adalah tantangan. Rupanya petani ingin mempelajari dulu kualitas IPB3S. Mereka menunggu sambil mempelajari dan melihat bukti," ujar Kadarisman saat ditemui Tempo seusai cara panen raya di Desa Mekarasih, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jumat, 25 September 2015.
Perlahan tapi pasti, akhirnya banyak petani Karawang yang ikut menanam padi temuan Institut Pertanian Bogor itu. Saat ini IPB3S ditanam di lima kecamatan, yakni Kecamatan Banyusari, Cilamaya Wetan, Telagasari, Karawang Timur, dan Kecamatan Pangkalan. "Total ditanam di sawah seluas 650 hektare," kata Kadarisman.
Dari 650 hektare sawah yang menanam bibit IPB3S, Kadarisman mengatakan sudah memanen 150 hektare. "Ditambah 200 hektare sawah di Desa Mekarasih ini," tuturnya.
Menurut Kadarisman, petani mulai tergiur dengan keunggulan IPB3S. Selain menghasilkan jumlah malai yang lebih banyak dari bibit biasa, bulir yang dihasilkan lebih padat. "Jika Ciherang menghasilkan 150 malai (kumpulan bunga padi), IPB3S bisa menghasilkan 300 malai. Karena itulah hasil beras lebih banyak," ujar dia.
Menurut Kadarisman, Menteri Pertanian Amran Sulaiman sampai menargetkan menanam padi IPB3S di 50 ribu hektare sawah di seluruh Indonesia. "Namun harus dipertimbangkan kelemahan bibit ini. Karena malainya banyak dan bulirnya padat, tangkai padi mudah rebah," ucapnya.
HISYAM LUTHFIANA