TEMPO.CO, Hong Kong - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) merevisi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia menjadi lebih rendah daripada perkiraan yang dirilis Maret lalu. Tahun ni, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang sebesar 5,8 persen dan 6 persen pada 2016. Angka tersebut lebih rendah ketimbang perkiraan yang dirilis pada Maret lalu.
Menurut ADB, perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina dan India serta pemulihan yang berjalan lamban di negara-negara industri menjadi pertimbangan lembaga keuangan internasional ini menurunkan proyeksi. "Negara-negara berkembang selama ini memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi global. Namun kini mereka tengah menghadap tekanan merosotnya nilai tukar mata uang dan ancaman pelarian modal ke luar," kata Kepala Ekonom ADB Shan-Jin Wei dalam keterangan tertulis, Selasa, 22 September 2015.
Salah satu revisi paling drastis diberikan kepada ekonomi Indonesia. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 turun dari 5,5 persen menjadi 4,9 persen. Sedangkan proyeksi pertumbuhan Indonesia 2016 turun dari 6 persen menjadi 5,4 persen.
Faktor yang menghambat ekonomi Indonesia antara lain belanja infrastruktur yang tertunda. Hal itu akibat dampak merosotnya nilai tukar rupiah karena tingginya porsi utang luar negeri dalam valas dan inflasi dibanding perkiraan.
Shan-Jin menyarankan agar negara-negara berkembang menerapkan kebijakan makroprudensial untuk mengantisipasi gejolak mata uang dan guncangan keuangan lain. Untuk beberapa negara disarankan menerapkan manajemen arus modal (capital outflow) yang baik, seperti pembatasan ketergantungan pada pinjaman luar negeri.
ADB juga merilis proyeksi negatif pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Pada 2015, negara-negara maju diperkirakan hanya bertumbuh 1,9 persen pada 2015, lebih rendah daripada ekspektasi Maret lalu sebesar 2,2 persen. Pertumbuhan di Amerika Serikat terhambat musim dingin dan konflik pekerja. Sedangkan pertumbuhan di Eropa terimbas krisis Yunani. Namun ADB memberikan catatan bahwa pertumbuhan ekonomi AS masih akan berlanjut dan prospek untuk kawasan Eropa masih positif.
Untuk Cina, ADB menurunkan proyeksi pertumbuhan tahun 2015 menjadi 6,8 persen dari ekspektasi sebelumnya 7,2 persen dan lebih rendah daripada pencapaian 2014 sebesar 7,3 persen. Lembaga itu menurunkan proyeksi karena negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mengalami perlambatan investasi dan ekspor dalam delapan bulan pertama 2015.
SETIAWAN ADIWIJAYA