Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengapa The Fed Pertahankan Suku Bunga Nol?  

image-gnews
REUTERS/Lucas Jackson
REUTERS/Lucas Jackson
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve pada Jumat, 18 September 2015 menyatakan tidak mengubah suku bunga acuan perbankan Amerika Serikat di kisaran 0 persen. Keputusan ini merupakan hasil rapat maraton The Fed dalam dua hari terakhir. Gubernur bank sentral S. Janet L. Yellen mendiskripsikan keputusan itu sebagai close call atau keputusan yang diambil dengan selisih argumentasi yang tipis.

Apa yang membuat The Fed memutuskan tetap mempertahankan suku bunga nol? Menurut Janet, keputusan itu diambil sembari terus memantau dampak dari kondisi finansial yang ketat dan pertumbuhan ekonomi global serta Amerika Serikat yang melambat. (Lihat video Menunggu Putusan The Fed, Pasar Makin Bergejolak)

Terutama kekhawatiran tentang bagaimana perlambatan di Cina akan memukul ekonomi Amerika Serikat. “Ekonomi akan terus tumbuh secara moderat dan bahwa kenaikan suku bunga masih bisa terjadi sebelum akhir tahun,” kata Janet seperti dilansir Reuters. 

Menurut Janet, para pembuat kebijakan masih terfokus pada spillover atau imbas dari masalah-masalah Tiongkok dan mereka di negara-negara berkembang besar lainnya.

"Banyak fokus kami pada risiko-risiko seputar Cina. Namun tidak hanya Cina, negara-negara berkembang secara lebih umum dan bagaimana mereka mungkin berimbas kepada Amerika Serikat," katanya pada konferensi pers setelah pengumuman suku bunga.

"Kami telah melihat arus keluar modal yang signifikan dari negara-negara mereka, tekanan pada nilai tukar mereka, dan kekhawatiran tentang kinerja mereka ke depan."

"Pertanyaannya adalah apakah ada atau tidak kemungkinan risiko-risiko perlambatan yang lebih tiba-tiba daripada yang kebanyakan analis perkirakan."

Pada akhir pertemuan dua hari, kekhawatiran tersebut mencegah penentu kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) membuat keputusan yang lama diperkirakan mulai menaikkan suku bunga acuan federal fund dari tingkat nol karena tingkat itu telah duduk sejak krisis keuangan 2008.

Setelah bertahun-tahun pada sikap uang longgar, prospek kenaikan suku bunga The Fed telah menambah gejolak di pasar-pasar global. Kedua, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah mendesak The Fed untuk berhati-hati ketika mulai memperketat kendali pada kredit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keputusan itu terjadi sekali pun FOMC menekankan ekonomi AS berada di jalurnya dan ia meningkatkan proyeksi pertumbuhan tahun ini menjadi 2,1 persen.

Dalam konferensi pers, Janet Yellen menekankan bahwa salah satu dari dua poros (pivot) penting untuk kebijakan, pasar tenaga kerja telah menguat dan bahwa yang lainnya, seperti inflasi, masih terlalu rendah, tapi itu terutama karena efek "sementara", seperti penurunan tajam harga minyak.

Pernyataan FOMC mengatakan bahwa pengeluaran rumah tangga dan investasi bisnis telah meningkat pada kecepatan moderat dan pembangunan perumahan sedang meningkat, tapi ekspor "lemah".

Dari 17 pejabat Fed pada pertemuan tersebut, 13 mengindikasikan mereka mengharapkan kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini, sementara sebagian besar dari mereka menunjuk ke kisaran 0,25-0,50 persen.

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat nol itu tidak mengherankan untuk sebagian besar analis.

"The Federal Reserve memutuskan untuk berbuat salah di sisi kehati-hatian" meskipun itu datang seluruhnya sebagai lebih dovish daripada yang diperkirakan," kata Harm Bandholz dari UniCredit.

THE NEW YORK TIMES | REUTERS | ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menetri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, saat konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan Tahun Anggaran 2024 di Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.


Rupiah Menguat Awal Pekan Ini, Ditutup Rp 14.971 per Dolar AS

30 Januari 2023

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Rupiah Menguat Awal Pekan Ini, Ditutup Rp 14.971 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah dengan dolar AS kini berada di level Rp 14.971 atau menguat 14 poin pada penutupan perdagangan sore ini, Senin 30 Januari 2023.


Imbas Kenaikan Suku Bunga Fed, Indeks Dolar Melemah Hari Ini

24 Januari 2023

Ilustrasi mata uang dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan
Imbas Kenaikan Suku Bunga Fed, Indeks Dolar Melemah Hari Ini

Indeks dolar melemah hari ini, Selasa, 24 Januari 2023. Salah satu sebabnya adalah kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.


Harga Emas Melonjak, Tertinggi dalam Sembilan Bulan Terakhir

14 Januari 2023

Seorang model menunjukkan emas edisi Imlek berupa gambar Kelinci di Butik Emas Antam, Pulo Gadung, Jakarta, Selasa 10 Januari 2023. Emas tematik seri Imlek 2023 diproduksi dengan dua kategori, yaitu emas batangan dengan berat 8 gram dan gift series dengan berat 0,5 dan 1 gram. Tempo/Tony Hartawan
Harga Emas Melonjak, Tertinggi dalam Sembilan Bulan Terakhir

Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir, didorong ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed.


Harga Emas Melambung, Diperkirakan Tak akan Naik Lagi dalam Waktu Dekat

13 Januari 2023

Emas Imlek Rabbit. logammulia.coM
Harga Emas Melambung, Diperkirakan Tak akan Naik Lagi dalam Waktu Dekat

Harga emas melambung, mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir pada Kamis, 12 Januari 2023.


Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di sela-sela IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, Amerika Serikat pada Selasa, 11 Oktober 2022. FOTO/Instagram/kristalina.georgieva
Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.


Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan sambutan pers di Kabupaten Toba pada Sabtu, 3 September 2022. (ANTARA FOTO/Adimas Raditya/my)
Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.


Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Refleksi layar pergerakan saham di kacamata seorang mahasiswa yang tengah berkunjung ke Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 0,63 persen atau 37,02 poin ke level 5.876,06 pada awal sesi II perdagangan hari ini. Tempo/Tony Hartawan
Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.


Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per 31 Juli 2019 sebesar Rp183,7 triliun atau 1,14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). TEMPO/Tony Hartawan
Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.


Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Orang-orang berhjalan di samping gedung bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, September 14, 2008.[REUTERS /Chip]
Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.