TEMPO.CO, Washington - Bank sentral Amerika Serikat atau US Federal Reserve, Jumat, 18 September 2015, menyatakan tidak mengubah suku bunga acuan perbankan Amerika Serikat di kisaran nol persen, sembari terus memantau dampak kondisi finansial yang ketat dan pertumbuhan ekonomi global serta Amerika Serikat yang melambat.
Keputusan ini merupakan hasil rapat maraton The Fed dalam dua hari terakhir. Gubernur bank sentral AS, Janet L. Yellen, mendeskripsikan keputusan ini sebagai "close call" (keputusan yang diambil dengan selisih argumentasi yang tipis).
"Pemulihan dari krisis besar sejauh ini berkembang cukup baik dan belanja dalam negeri juga cukup kuat sehingga ada yang berpendapat bahwa suku bunga acuan bisa dinaikkan pada momen ini," katanya. Tapi, kata dia, "tingginya ketidakpastian di luar negeri" dan inflasi yang lambat membuat Dewan The Fed memutuskan menunggu bukti lebih jauh, termasuk penguatan pada pertumbuhan jumlah lapangan kerja.
Meski begitu, Yellen menegaskan, The Fed tetap berencana menaikkan suku bunga perbankan tahun ini. Lembaga ini secara terpisah merilis proyeksi ekonomi mereka yang menunjukkan bahwa 13 dari 17 ekonom di Dewan The Fed memprediksi kenaikan suku bunga acuan sebanyak paling sedikit 0,25 persen tahun ini. Rapat The Fed selanjutnya dijadwalkan pada Oktober dan Desember mendatang. Yellen menegaskan bahwa langkah pertama (menuju kenaikan suku bunga) bisa jadi dimulai dari salah satu rapat tersebut.
Keputusan ini disambut lega oleh dunia perbankan di Eropa. Berbeda dengan Amerika, bank sentral Eropa masih berjuang untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi di kawasan itu. Suku bunga acuan Eropa juga di kisaran nol persen dan pejabat Bank Sentral Eropa telah mengindikasikan rencana pembelian surat utang dan aset lain untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ekonomi Eropa memang amat berkaitan dengan kondisi di Cina dan negara berkembang lain. Pasar Cina adalah konsumen penting untuk produksi otomotif Jerman dan eksportir Eropa lain. Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan membuat investor menarik dana mereka dari pasar negara berkembang dan membuat mereka tak mampu lagi membeli produk Eropa.
THE NEW YORK TIMES | WAHYU